Nakita.id - Shahnaz Haque adalah seorang aktris sekaligus survivor kanker ovarium.
Baca Juga : Jangan Abaikan Moms! Ini Ciri-Ciri Kembung Tanda Kanker Ovarium
Pada 1998, Shahnaz didiagnosis terkena kanker ovarium dan memutuskan menjalani operasi setahun setelahnya.
Wanita 46 tahun ini mengakui, dirinya tumbuh dalam keluarga dengan riwayat kanker yang kuat.
Ibu, nenek, mertua, dan anggota keluarga besar lainnya meninggal dunia karena kanker.
Sejak itu, Shahnaz berkomitmen untuk menjalani pola hidup sehat dan tidak sembarangan memilih asupan makanan.
Shahnaz mulai peduli dengan caranya memasak, memilih makanan, hingga caranya menyimpan makanan.
Ia mengaku selalu menyempatkan diri memasak sendiri di rumah dan tak pernah absen membawakan bekal untuk buah hatinya.
Baca Juga : Kenali Macam-macam Masalah Kesehatan Dari Warna dan Bentuk Feses Bayi
Ia tak lagi bolak balik memanaskan makanan dengan kata lain makanan yang dimasak harus langsung dihabiskan.
Shahnaz menjaga pola makan dengan berhenti mengonsumsi daging merah seperti rendang, makanan cepat saji, makanan kalengan, dan sesekali mengonsumsi ikan asin dan makanan yang diolah dengan cara dibakar.
Menurutnya, meskipun daging merah lezat tetapi berkontribusi menyuburkan pertumbuhan sel yang tidak baik. Oleh karena itu ia mencoba menghindarinya.
Selain itu, Shahnaz juga berusaha menyajikan makanan yang segar.
Ia sudah menghentikan kebiasaan menyimpan makanan di dalam kulkas.
Ia hanya hanya menyimpan bahan makanan segar dengan wadah penyimpanan yang tepat.
Hal ini bertujuan agar kesegaran makanan tetap terjaga saat akan dimasak.
Selain menjaga pola makan, adik dari Marissa Haque ini juga rutin berolahraga dan melakukan pemeriksaan setiap tanggal 1 September.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali 8 Ciri-Ciri Bayi Sudah Masuk Panggul
Seperti yang diketahui, kanker ovarium atau kanker indung telur memang menjadi salah satu jenis kanker yang ditakuti para wanita.
Penyakit ini menduduki posisi ketujuh jenis kanker yang paling umum menyerang wanita.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat sekitar 239.000 kasus kanker ovarium baru yang muncul di seluruh dunia.
Meskipun berbahaya dan memiliki angka kejadian yang tinggi, sayangnya kanker ovarium seringkali tidak memperlihatkan gejala.
Hal ini lah yang membuat banyak pasien datang ke rumah sakit dengan stadium lanjut.
Baca Juga : Bisa Berbahaya, Jangan Abaikan 10 Gejala Sederhana Ini Ketika Terjadi Pada Anak
Kanker ovarium memang sering tidak terdeteksi sampai menyebar di dalam panggul dan perut.
Pada tahap akhir ini, kanker ovarium lebih sulit diobati dan berakibat fatal.
Pembedahan dan kemoterapi umumnya digunakan untuk mengobati kanker ovarium ini.
Kanker ovarium stadium lanjut dapat menyebabkan beberapa gejala spesifik.
Tanda dan gejala kanker ovarium mungkin termasuk:
- Perut kembung atau bengkak
- Cepat merasa kenyang saat makan
- Berat badan turun
- Rasa tidak nyaman di daerah panggul
- Sering konstipasi (susah buang air besar)
- Sering buang air kecil
Baca Juga : Berita Kesehatan: 9 Penyakit Penyebab Telapak Kaki Terasa Panas, Jangan Diabaikan!
Memang belum diketahuu secara pasti apa yang menyebabkan kanker ovarium.
Namun wanita dengan ciri berikut memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker ovarium:
- Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia tetapi paling sering terjadi pada wanita usia 50 hingga 60 tahun.
- Sebagian kecil kanker ovarium disebabkan oleh mutasi gen yang diwarisi dari orang tua.
Gen yang diketahui meningkatkan risiko kanker ovarium disebut gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2).
Baca Juga : Berita Kesehatan: 11 Penyakit Autoimun Yang Perlu Diwaspadai, Bisa Muncul Karena Stres!
- Orang dengan dua atau lebih kerabat dekat dengan kanker ovarium, memiliki peningkatan risiko kanker ovarium.
- Mereka yang menjalani terapi menggunakan hormon estrogen, terutama dengan penggunaan jangka panjang dan dalam dosis besar.
- Usia saat menstruasi dimulai dan berakhir
Memulai menstruasi pada usia dini atau mengalami menopause pada usia lanjut, atau keduanya, dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.(*)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR