Nakita.id - Perceraian dalam sebuah pernikahan bisa saja terjadi sebagai pilihan akhir hubungan yang tak lagi bisa diselamatkan.
Sebagai contoh Gisella Anastasia, yang belum lama menggugat cerai suaminya Gading Marten yang begitu mengejutkan publik.
Selalu dikenal kompak dan harmonis, Gisel memutuskan untuk menyudahi bahtera rumah tangga yang telah ia bina lima tahun lamanya.
Begitu disayangkan banyak orang, tak sedikit masyarakat yang berharap mereka bersatu kembali demi putri semata wayang mereka Gempita Nora Marten.
Gisel melalui kuasa hukumnya, Andreas Sapta Finandy menjelaskan pemicu perceraian mereka.
Andreas mengatakan, rumah tangga Gisel dan Gading sebenarnya sudah lama mengalami cekcok.
Baca Juga : Mengenal Mindful Parenting Demi Psikologis Anak Lebih Baik dan Bahagia
Namun, mereka berdua selalu berusaha menyembunyikan keretakan itu dan bertahan demi anaknya.
Gisel nampaknya sudah memikirkan secara matang, apa konsekuensinya dengan ia menyudahi rumah tangganya tersebut.
Dalam sebuah proses perceraian, memang banyak hal yang harus dipikirkan oleh pasangan apalagi jika sudah memiliki anak.
Masa depan anak, pola asuh, dan pertanyaan pelik yang juga harus dipikirkan ialah: bagaimana cara memberitahu perceraian kepada anak tanpa harus menyakiti perasaannya kelak?
Hal itu disebabkan, penyampaian yang salah mengenai perceraian bisa menimbulkan dampak negatif bagi psikologis anak.
Tak menutup kemungkinan, anak bisa mengalami ketakutan untuk berkomitmen kala dewasa karena melihat perpisahan orangtuanya.
Baca Juga : Bukan Hal Mewah, Cukup Lakukan 8 Hal Ini Untuk Jadi Suami Idaman
Namun, berikut ini cara yang bisa diterapkan untuk menerangkan perceraian kepada anak.
Membuka komunikasi dengan cara yang baik dan terbuka
Rentang usia anak akan menentukan bagaimana cara menyampaikan perceraian dengan metode yang akan digunakan.
Apalagi jika anak masih kecil, penting bagi orangtua menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Hindari menyebutkan kesalahan Moms atau pasangan, hal ini untuk mencegah anak tumbuh dewasa dengan memendam kebencian kepada orangtua.
Jika anak sudah menginjak usia remaja, berkomunikasilah secara baik dan yakinkan bahwa perpisahan orangtua tak akan menghilangkan kasih sayang untuknya.
Penting untuk berhati-hati menyampaikan kepada anak remaja, mengingat kondisi emosional remaja yang masih tidak stabil.
Baca Juga : Istri Ernest Prakasa Ungkap Kisahnya Alami Depresi Pasca Melahirkan, Ini Cara Ia Mengatasinya
Beritahu pelan-pelan bahwa orangtua telah memikirkan secara matang tentang perpisahan ini, apa alasan sehingga perpisahan menjadi solusi terbaik.
Beri anak kejelasan
Saat anak mendengar kabar perceraian, wajar jika akan banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.
Untuk itu, berikan penjelasan hal yang ingin ia ketahui misalnya di mana ia akan tinggal nantinya, bersama siapa, dan bagaimana intensitas ia bertemu orangtua setelah sudah berpisah nanti.
Jangan lupa untuk memastikan bahwa anak mengetahui bahwa ayah dan ibunya akan tetap ada di sisinya apabila ia membutuhkan mereka.
Memberi penjelasan seperti demikian akan membuat anak tetap merasa dihargai, sekaligus perlahan ia bisa menerima kondisi baru yang dialaminya.
Yakinkan bahwa semua ini bukan kesalahannya
Edward Kruk Ph.D menjelaskan, anak akan berpikir bahwa ia bisa mencegah perceraiaan ini dengan berbuat baik.
Seperti tidak lagi bertengkar dengan kakak atau adik, mendapat nilai bagus, atau membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah.
Baca Juga : Patut Dicoba 7 Trik Mudah Agar Tanaman di Rumah Subur dan Bebas Hama
Secara tak langsung, anak akan berpikir bahwa orangtua berpisah karena kesalahannya.
Untuk itu, penting bagi Moms menjelaskan mengapa perceraian bisa terjadi dan bahwa ini terjadi bukan karena kesalahan anak.
Gunakan perbendaharaan kata yang membuatnya tenang, seperti “ayah dan ibu tidak bisa mencari jalan keluar yang bisa menyelesaikan masalah kami.
Kami telah membuat kesalahan dan maafkan kami telah membuatmu terluka,” atau “perpisahan adalah masalah orang dewasa dan sama sekali bukan kesalahanmu.
Ini adalah masalah kami dan kami akan mencoba menyelesaikannya.”
Baca Juga : Warganet Khawatirkan Gempita, Ini Usia Anak yang Paling Sering Mengalami Trauma Akibat Perceraian
Hal yang tak kalah penting adalah, mengemas dengan baik permasalahan yang ada dalam rumah tangga dengan tidak bertengkar di depan anak.
Bertengkar dengan suara keras dan mengeluarkan kata-kata kasar akan membuat anak membenci orangtua, bahkan dirinya sendriri.
Menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga dengan baik dan tidak turut meyeret anak akan menjaga hubungan anak dan orangtua tetap terjalin.
Source | : | Psychologytoday |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR