Nakita.id - Seiring perkembangan zaman, pola asuh orangtua yang berat sebelah nampaknya masih lumrah terjadi di Indonesia.
Salah satunya, anggapan bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu sementara ayah bertugas sebagai pencari nafkah.
Padahal, bonding yang terjalin seimbang antara orangtua dan anak pengaruhnya sangat signifikan terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasa.
Psikolog klinis anak Monica Sulistyawati menyebutkan, bonding adalah bentuk interaksi positif yang penting untuk dipupuk bahkan sejak anak masih dalam kandungan.
"Peran bonding itu sangat penting baik ketika anak masih dalam kandungan maupun ketika ia sudah lahir ke dunia, dampaknya bukan hanya di usia awal loh tetapi juga sepanjang rentang kehidupan anak," ungkap Monica pada Nakita.id, Kamis (25/10).
Peran ayah sangat penting didalamnya, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa anak yang memiliki pola asuh seimbang akan tumbuh menjadi individu berkarakter positif.
Monica menuturkan, dampak bonding sangat terasa dalam berbagai aspek kehidupan anak baik dalam hal pembentukan karakter hingga psikologis anak hingga dewasa.
"Anak yang memiliki kedekatan emosional dengan ayahnya sejak kecil, maka secara akademik lebih cerdas dan prestasinya di sekolah secara kognitif lebih tinggi," ungkap Monica.
Si Kecil juga memiliki kemampuan lebih baik dalam hal berhitung dan pelajaran yang ia dapat di sekolah.
Berkat kedekatannya dengan sang ayah, anak akan lebih piawai mengambil keputusan yang lebih logis dan rasional serta mampu berpikir kritis dalam menyikapi kehidupan yang ada di sekitarnya.
"Anak yang dekat dengan ayahnya sejak kecil juga tidak akan mudah menyerah dan memiliki daya juang yang bagus akan hal yang menantang," sambungnya.
Tak hanya itu, secara sosial emosional anak yang bondingnya dengan orangtua terjalin erat sejak kecil akan memiliki pergaulan positif dan emosi yang stabil.
Selain itu, anak yang dekat dengan orangtua juga lebih tahan akan stres saat menghadapi konflik dan lebih percaya diri.
Lalu, bagaimana jika bonding orangtua dan anak sudah terbentang jarak sejak kecil?
Monica menjelaskan dampak yang sangat besar, utamanya penyesuaian anak terhadap lingkungan.
Salah satunya, kecenderungan anak menilai bahwa dunia adalah tempat yang tidak aman dan perasaan anak bahwa dirinya tidak cukup berharga bagi orangtuanya.
Dalam hal akademik, besar kemungkinannya anak akan tumbuh menjadi sosok yang pemalu dan sulit bersosialisasi dengan orang lain.
"Memasuki proses pembelajaran, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri dan tidak merasa mampu mengikuti pelajaran," tegas Monica.
Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Moms, Begini Aturan Memandikan Bayi Baru Lahir
Tak hanya itu, anak yang tidak dekat dengan orangtuanya juga cenderung lebih sensitif, mudah tersinggung dan takut memulai pertemanan dengan orang lain.
"Hal ini akan berlanjut sampai nanti anak memasuki dunia pekerjaan, ia akan kesulitan menapaki jenjang karir dan menjadi sosok pemimpin karena ia tidak percaya diri sehingga seringnya menjadi pengikut orang lain," papar Monica.
Untuk anak laki-laki, ia menjadi bingung bagaimana berperilaku yang seharusnya sebagai pria dewasa karena tidak mempunyai panutan dalam hidupnya.
Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Pentingnya Proses Inisiasi Menyusui Dini dan Kolostrum untuk Bayi Baru Lahir
Bahkan, dampak bonding orangtua yang buruk ini juga akan terasa utamanya bagi anak perempuan di mana akan gamang memilih lingkungan pergaulan bahkan lawan jenis.
"Anak perempuan akan bingung, karena ia tidak memiliki contoh seperti apa sikap positif laki-laki dewasa yang seharusnya dalam menentukan pasangan hidup kelak," pungkas Monica.
Hal yang sama berlaku bagi anak yang tidak mendapatkan sosok figur ayah secara fisik, yang akan lebih rentan dengan gangguan emosional dan kepribadian, sosialisasi menjadi terhambat, lebih monoton melakukan sesuatu dan kurang kreatif.
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR