Biasanya, ada dua cara yang dapat dilakukan seorang ibu ketika ASI tidak keluar dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi.
Pertama menggunakan susu formula dan kedua menggunakan donor ASI.
"Biasanya semua kita kembalikan kepada pilihan orangtua. Apakah akan menggunakan susu formula atau donor ASI. Jadi terserah," ujar Rina.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali 8 Ciri-Ciri Bayi Sudah Masuk Panggul
Rina pun memberikan beberapa pertimbangan bila memilih susu fomula atau donor ASI.
"Susu formula biasanya memiliki berbagai rasa. Kalau susu formula yang diberikan rasanya vanila ya dari tetes pertama hingga tetes terakhir rasanya vanila.
Kalau ASI, rasanya akan berbeda tergantung sang ibu habis mengonsumsi apa. Kalau habis konsumsi jengkol ya rasa jengkol, habis konsumsi durian ya rasa durian. Jadi anak lebih banyak mengenal rasa," jelasnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Ini Alasan Hasrat Seksual Menurun saat Menyusui
Namun penting untuk diingat bahwa ASI donor membawa sifat genetik dari pendonor.
"Kalau pendonor ternyata punya riwayat penyakit kanker, HIV, ya bisa jadi anak juga terkena penyakit yang sama. Karena ASI donor membawa sifat genetik dari pendonor. Jadi memiliki risiko transmisi infeksi.
Oleh karena itu, donor ASI tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi," tambahnya.
Baca Juga : Zumi Zola Sulit Melihat Karena Diabetes Semakin Parah, Ternyata Begini Kebiasaan Makannya
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR