Nakita.id - Gisella Anastasia dan Gading Marten secara resmi menggelar konferensi pers untuk meluruskan kabar perceraian mereka.
Berlangsung di Hotel Veranda, Pakubuwono, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Gisel dan Gading sebisa menjawab semua pertanyaan dari awak media yang datang pada Rabu (28/11).
Tidak hanya membahas tentang perceraian mereka saja, Gisel dan Gading juga menjelaskan perihal hak asuh putri semata wayang mereka, Gempita Nora Marten.
Baca Juga : Gading dan Gisel Enggan Jawab Pertanyaan Ini dan Beberkan 3 Kesepakatan yang Harus Dilakukan Setelah Cerai
Gisel menjelaskan bahwa mereka mempunyai kesepakatan untuk membesarkan Gempi bersama-sama.
"Terus kesepakatan apalagi. Ya paling mengenai hak asuh dan segala macem emang nggak ada perebutan kita sama-sama sepakat untuk bisa saling punya full akses buat Gempi," tutur Gisel.
Tetapi untuk sementara ini Gempi akan tinggal bersama Gisel karena dianggap masih di bawah umur.
"Kayaknya kita hak asuh anak ikut ibu karena dia juga masih di bawah umur. Tapi udah nanya Gempi juga, bercandaan gitu kemarin, ya pernah dia mau lebih banyak sama bapaknya dia bilang, ha ha," lanjutnya.
Sebenarnya, sebelum Gisel dan Gading mengatakan perceraiannya kepada Gempi, mereka berdua sempat berkonsultasi pada psikolog anak.
"Untuk Gem, kami sudah berkonsultasi juga pada ahlinya, psikolog anak, sudah konsul juga," tutur Gisel, melansir laman Kompas.com.
Saat datang ke psikolog, ia mengaku banyak mendapatkan saran mengenai cara menjelaskan soal perpisahan Gisel dan Gading di waktu yang tepat.
"Nanti itu berjalannya waktu ada sih cara-caranya, sudah dijelasin kira-kira. Yang penting kami akan selalu untuk bimbingan, untuk bisa mendidik Gempi dengan baik dan memberikan pemahaman yang baik untuk tidak merusak nilai-nilai rumah tangga yang sebenarnya, seiring waktu ya," lanjutnya kemudian.
Selain itu, demi menjaga kondisi psikologis Gempi, Gisel dan Gading sepakat untuk menjaga hubungan sebagai seorang teman.
"Kami juga enggak mau merusak mental anak. Saling baik, tujuannya untuk anak. Mudah-mudahan akan juga meminimalisir kerusakan psikologi untuk Gempi," sambungnya lagi.
Baca Juga : Ditanya Tentang Icha Gween Perempuan yang Dituding Selingkuhan Gading, Gisel; 'Enggak Tahu, Siapa Sih Dia?'
Melansir laman Psychology Today yang pernah tayang di Nakita.ID pada Rabu (21/11) ketika Si Kecil dipaksa untuk melihat perpisahan orangtuanya justru cenderung meningkatkan ketergantungan pada anak yang masih kecil.
Sebab dunia anak adalah dunia yang bergantung pada orangtua yang sangat membutuhkan pertemanan.
Untuk balita, perceraian bisa menggetarkan kepercayaan pada orangtuanya.
Terlebih ketika orangtuanya sekarang berperilaku dengan cara yang berbeda.
Mereka akan membagi unit keluarga menjadi dua rumah tangga yang berbeda, dan Si Kecil juga harus kembali belajar menyesuaikan diri lagi.
Kondisi ini menciptakan ketidakbiasaan, ketidakstabilan dan ketidakamanan.
Meyakinkan anak tentang perceraian bisa menjadi sangat sulit ketika Si Kecil punya kerinduan mendalam dan berkhayal tentang bersatunya orangtua mereka suatu saat nanti.
Jadi, jika suatu saat ada undangan makan malam keluarga dan kedua orangtua mereka terlihat akur, hal ini akan menambah fantasi mereka dan akan menunda penyesuaian keadaan.
Akan ada hal yang berbeda, baru tidak terprediksi dan tidak diketahui membuat hidup menjadi penuh pertanyaan-pertanyaan bagi mereka.
Pada akhirnya akan memunculkan rasa cemas.
Oleh karena itu, bagi orangtua yang bercerai dengan seorang anak, prioritasnya adalah membangun rasa keteraturan dan prediktabilitas keluarga.
Source | : | Kompas.com,nakita.id |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR