Nakita.id – Moms, tifus adalah penyakit mematikan. Apalagi jika terjadi pada bayi.
Proses perkembangbiakan bakteri tifus cepat, yaitu 24-72 jam setelah masuk ke dalam tubuh.
Meski belum menimbulkan gejala, bakteri telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, dan ginjal.
Rentang waktu antara masuknya kuman sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 7 hari.
Baca Juga : Penanganan Tifus Pada Bayi
Gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari. Pada masa-masa itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang sel darah putih mengeluarkan zat interleukin.
Nah, zat inilah yang akan merangsang terjadinya demam.
Kuman yang masuk ke hati akan masuk kembali dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya.
Gejala yang mungkin timbul adalah mual, muntah, demam tinggi berfluktuasi atau naik-turun, nyeri kepala hebat, dan nyeri perut yang diawali sembelit, kadang diikuti diare bercampur darah.
Baca Juga : Tifus Pada Bayi
Pengobatan umumnya dilakukan bila pemeriksaan laboratorium memberikan hasil positif.
Pemeriksaan laboratorium ini juga diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang paling tepat.
Namun tidak seluruh bakteri Salmonella typhi dapat menyebabkan demam tifoid.
Saat kuman masuk, tubuh berupaya memberantas kuman dengan berbagai cara.
Misalnya, asam lambung berupaya menghancurkan bakteri dan gerakan lambung berupaya mengeluarkan bakteri.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Ini Harus Dilakukan Bila Si Kecil Hiperaktif
"Jika berhasil, bayi akan terhindar dari demam tifoid," dr. Mugiyo, Sp.A. dari RS PMI, Bogor.
Walau tifus menyeramkan jika terjadi pada bayi, untungnya metode pengobatan yang semakin maju sudah bisa menyembuhkan tifus pada bayi.
Jika tifusnya ringan (istilahnya gejala tifus atau paratifus), dokter akan menyarankan banyak istirahat, banyak minum, dan obat antibiotik yang diberikan harus dihabiskan.
Jika dosis obat ditetapkan 4 kali sehari, maka harus ditaati.
Kalau cuma diminum 3 kali sehari, kuman tak akan bersih terbasmi.
Pengobatan yang tak tuntas membuat bakteri akan terus terbawa dan berkembang biak.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Waspada Gangguan Metabolisme MMA, Bayi Gagal Tumbuh!
Akibatnya, tingkat kemungkinannya untuk kambuh lagi sangat tinggi.
Tentunya, si bayi harus dirawat baik-baik karena perawatan dan pengobatan bisa menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.
Ingat, meski masih tahap ringan, kuman terus menyebar dan berkembang-biak dengan cepat.
Selain itu, sumber tifus pada bayi juga perlu diteliti. Bila penyebabnya ASI, tentu ibunya harus 'dibersihkan' juga dari tifus.
Bila tidak, tifus ini bakal kambuh terus. Kalau yang masuk lewat ASI hanya berupa partikel dari tifus, maka yang akan muncul gejala mencret-mencret.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Pneumonia Mematikan, Begini Mencegahnya!
Tapi kalau yang menular ke bayi adalah kuman, akibatnya yaitu infeksi yang berisiko menjalar ke otak.
Jadi, selama ibu sebagai sumber penularan tak disembuhkan tuntas, si bayi akan tetap mengalami gangguan.
Namun begitu, Mugiyo mengingatkan, ASI jangan sampai dihentikan.
Sambil ibu dan bayi diobati, ASI jalan terus karena inilah makanan utama untuk bayi.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Cara Pemberian ASI Untuk Bayi Prematur
Pencegahan Tifus Pada Bayi
1. Ibu
* Pada minggu-minggu terakhir sebelum persalinan, pastikan ibu dalam kondisi bebas virus dan kuman agar tak menulari bayinya sewaktu persalinan kelak.
* Jaga kebersihan dan makanan ibu selama menyusui. Pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi selalu terjamin kebersihannya.
* Periksa kesehatan ibu apabila bayi yang disusui sering diare atau demam.
2. Bayi
* Untuk bayi yang mulai mengonsumsi makanan tambahan, pastikan kebersihan makanannya terjamin.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Manfaat Tes Darah, Dari Deteksi Kanker Hingga Prediksi Waktu Kematian
* Biasakan bayi selalu dalam keadaan bersih. Sehabis kencing atau buang air besar, bersihkan dengan tuntas.
* Lakukan imunisasi wajib sesuai jadwal.
3. Lingkungan
* Sediakan air minum yang memenuhi syarat.
Pastikan air diambil dari tempat yang higienis seperti sumur dan produk minuman yang terjamin.
Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (1000C).
* Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Cara Pemberian ASI Untuk Bayi Prematur
Jangan pernah membuang kotoran bayi secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi, terutama ke makanan.
* Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.
* Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga (orang tua dan anak yang lebih besar).
Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak.
Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid).
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Aneka Resep Obat Berbahan Dasar Madu
Anak usia 2 tahun yang juga rentan terhadap tifus, lakukan vaksinasi.
Bila ada anggota keluarga yang mengidap kuman (carrier), pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya.
Kalau sampai lengah, sewaktu-waktu penyakitnya bisa kambuh.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR