Nakita.id - Gatal atau iritasi dapat terjadi di mana termasuk di vagina dan vulva (labia, klitoris, dan pembukaan vagina).
Gatau atau iristasi di vagina ini tentu dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Pada umumnya, gatal atau iritasi di vagina tidak berbahaya.
Baca Juga : Catat, Hindari 7 Hal Ini Agar Vagina Selalu Bersih dan Bebas Infeksi
Namun penting untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasinya dengan baik.
Bila perlu, jangan segan untuk mengonsultasikan hal ini pada penyedia layanan kesehatan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Ciri Wanita Yang Berisiko Miliki Anak Down Syndrome
Berikut ini beberapa penyebab gatau atau iritasi di vagina.
Vaginosis bakterial
Vaginosis bakterial sangat umum terjadi pada wanita di usia subur.
Baca Juga : Bentuk Vagina ini Cukup Sulit Orgasme dan Mencapai Kepuasan Berhubungan Intim
Hal ini terjadi ketika bakteri normal dan sehat di vagina menjadi tidak seimbang sehingga menyebabkan infeksi.
Selain gatal, gejala lain yang datang dengan vaginosis bakteri adalah peradangan, rasa terbakar, cairan buangan, dan bau amis yang berbau amis.
Penyakit menular seksual (STD)
Chlamydia, herpes genital, kutil kelamin, trikomoniasis, gonore dan organisme lain dapat menyebabkan gatal atau iritasi di vagina dan vulvat.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Waktu Terbaik Mengenalkan Gula dan Garam Pada Anak
Infeksi ragi
Sekitar tiga dari setiap empat wanita akan mengembangkan infeksi ragi di beberapa titik dalam hidup mereka.
Infeksi ragi terjadi ketika ragi, candida, tumbuh berlebihan di vagina dan vulva.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Adakah Risiko Jika Melakukan Peremajaan Vagina?
Kehamilan, hubungan seksual, antibiotik, dan sistem kekebalan yang lemah semua dapat membuat wanita lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi ragi.
Selain gatal dan iritasi, infeksi ragi akan menghasilkan keputihan yang tebal, putih, dan murahan.
Menopause
Turunnya produksi estrogen yang terjadi pada akhir tahun reproduksi seorang wanita dapat menyebabkan dinding vagina menjadi tipis dan mengering.
Hal inilah yang menyebabkan gatal dan iritasi.
Penipisan dinding vagina juga menjadi masalah pada beberapa wanita yang menyusui.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Penyebab Perut Kencang Di Setiap Trimester Kehamilan
Iritasi kimia
Sejumlah zat kimia, termasuk krim, douche, kondom, busa kontrasepsi, deterjen, sabun, kertas toilet beraroma, dan pelembut pakaian dapat mengiritasi vagina dan vulva.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Beginilah Beda Batuk Biasa dan Bronkitis!
Lichen sclerosis
Ini adalah kondisi langka yang menyebabkan bercak putih tipis terbentuk pada kulit, terutama di sekitar vulva.
Tambalan dapat secara permanen menutup area vagina.
Wanita pascamenopause kemungkinan besar mengembangkan kondisi ini.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Kenali 8 Ciri-Ciri Bayi Sudah Masuk Panggul
Ada beberapabeberapa tips untuk mencegah dan mengobati iritasi vagina di rumah:
- Hindari pembalut beraroma atau kertas toilet, krim, mandi busa, semprotan feminin, dan douche.
- Gunakan air dan sabun polos tanpa pewangi untuk membersihkan area genital eksternal secara teratur. Tetapi jangan mencuci lebih dari sekali sehari sebab dapat meningkatkan kekeringan.
- Selalu bersihkan vagina dari depan ke belakang setelah buang air besar.
- Kenakan celana dalam katun (tidak ada kain sintetis), dan ganti pakaian dalam setiap hari.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Posisi Tidur Ibu Hamil Yang Aman dan Nyaman
- Jangan menggunakan cairan antiseptik pembersih vagina.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Beginilah Beda Batuk Biasa dan Bronkitis!
- Gunakan kondom selama hubungan seksual untuk membantu mencegah penyakit menular seksual.
- Jika mengalami kekeringan vagina, gunakan pelembab vagina.
Oleskan pelumas berbasis air (K-Y, Astroglide) sebelum berhubungan seks.
- Hindari hubungan seksual sampai gejala membaik.
- Jangan menggaruk vagina bila gatal karena justru bisa menambah iritasi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Tidak Semua Bayi Perlu Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Source | : | WebMD |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR