Nakita.id - Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda perihal menyusui. Ada yang lancar-lancar saja sejak bayinya lahir, namun ada juga yang perlu waktu beberapa hari untuk merangsang ASI-nya keluar. Selain itu, ada yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, ada juga yang menyerah setelah beberapa minggu
karena menghadapi sejumlah kendala.
Bagaimanapun kondisi kita, menyusui memang selalu penuh tantangan ya, Bu. Keberhasilan kita dalam menyusui buah hati dipengaruhi oleh banyak hal, dari niat
yang kuat, dukungan suami dan keluarga terdekat, hingga pemahaman akan teknik menyusui yang benar. Nah, inilah beberapa tantangan yang kerap menghambat kesuksesan ibu menyusui.
* Pandangan keliru dari keluarga besar
Ayah dan ibu mungkin sudah sama-sama paham akan pentingnya ASI bagi bayi. Namun, bagaimana dengan orangtua dan para kerabat? Bisa jadi sebagian dari mereka menganut pandangan keliru, seperti: tidak apa-apa jika bayi tidak minum ASI; kalau ASI tidak keluar, tidak usah memaksakan diri untuk menyusui atau mending bayinya dikasih sufor aja-lah biar Ibu enggak ribet.
Cara menghadapi: Berfokuslah pada apa yang paling penting dalam hal pemberian makan bayi, terutama di awal-awal hidupnya. Bila Ibu sudah mengetahui akan
pentingnya ASI bagi bayi, maka teruslah menyusui, meski banyak “suara sumbang” yang berusaha meyakinkan sebaliknya. Berbagai saran yang dibagi oleh para kerabat, umumnya bertujuan untuk meringankan beban dan keribetan kita dalam memberikan asupan pada bayi. Padahal, bila kegiatan menyusui telah dilakukan
dengan benar, ASI akan mengalir lancar, tidak sakit, dan bayi pun sehat.
* Nakes tidak memahami pentingnya pemberian ASI
Peran tenaga kesehatan (nakes) dalam mendukung keberhasilan Ibu menyusui, terutama di awal-awal persalinan, sangatlah besar. Nakes yang tidak memahami pentingnya pemberian ASI, biasanya tidak segera mendorong Ibu untuk menyusui pascapersalinan, mereka malah mengatakan pemberian ASI atau sufor sama saja, dan menawarkan asupan lain (seperti sufor) sebagai pengganti ASI.
Cara menghadapi: Menjelang waktu bersalin, utarakan kepada dokter, bidan, maupun suster di rumah sakit bahwa Ibu ingin melakukan proses inisiasi menyusu
dini (IMD) dan rawat gabung dengan bayi. Selain itu juga tegaskan bahwa Ibu menolak pemberian sufor kepada bayi tanpa persetujuan Ibu ataupun suami terlebih dahulu.
* Tidak ada ruang khusus untuk menyusui
Untuk mendukung keberhasilan menyusui, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah ASI. Berdasarkan peraturan tersebut, setiap sarana umum maupun tempat kerja wajib menyediakan ruang khusus yang layak digunakan untuk ibu menyusui ataupun memerah ASI. Namun pada kenyataannya, hal ini belum dipatuhi oleh seluruh sarana umum maupun perkantoran. Akibatnya, masih ada ibu menyusui yang terpaksa memerah ASI di meja kerjanya, di toilet atau di ruang apa pun yang kebetulan sedang kosong.
Cara menghadapi: Ibu bekerja dapat mengajukan permohonan kepada kantornya agar menyediakan ruang khusus untuk menyusui ataupun memerah ASI, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun 2013. Bila kita tengah berada di tempat umum seperti pusat perbelanjaan yang tidak menyediakan ruang laktasi,
celemek menyusui (nursing apron) dapat menjadi pilihan tercepat untuk membantu menyusui.
* Gencarnya iklan susu untuk bayi
Saat ini terdapat banyak sekali pilihan sufor. Iklannya pun mudah dilihat di media cetak maupun media elektronik. Salah satu faktor yang membuat banyak ibu tergoda
untuk memberikan sufor kepada bayinya adalah karena iklan biasanya mencitrakan berbagai “khasiat”, seperti mencerdaskan otak, memaksimalkan pertumbuhan anak, dan sebagainya. Akibatnya, banyak ibu menganggap, memberikan sufor sama baiknya dengan memberikan ASI sehingga tidak perlu berusaha keras dalam menyusui.
Cara menghadapi: Bekali diri dengan informasi yang benar dan menyeluruh mengenai ASI dan sufor. Bandingkan kandungan keduanya, benarkah ASI dan sufor memiliki kualitas yang sama? Benarkah sufor dapat memberikan manfaat positif sebagaimana disebutkan dalam iklan? Bacalah referensi yang jelas, independen, dan dapat dipertanggungjawabkan sumbernya, antara lain dari situs nakita.id serta www.aimi-asi. org.
Nah, sekarang kita jadi lebih pede dalam menghadapi segala tantangan yang menghambat kesuksesan ibu menyusui ya, Bu.
Narasumber:
Nia Umar, IBCLC, Wakil Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Penulis Buku Multitasking Breastfeeding Mama
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR