Nakita.id - Penduduk Morab, sekitar 30 kilometer dari Hubballi, Karnataka, India, menolak meminum air dari danau desa mereka setelah seorang perempuan bunuh diri di danau tersebut.
Perempuan malang tersebut diketahui positif mengidap HIV dan dirinya melompat ke dalam danau untuk mengakhiri hidupnya satu minggu sebelumnya, tepatnya pada 29 November 2018 kemarin.
Menurut laporan Times of India, tidak ada pihak yang dapat meyakinkan warga desa tersebut.
Baca Juga : Bunga Zainal Menikahi Pria Kaya Keturunan India, Begini Kisah Cintanya yang Sempat Mendapat Banyak Masalah
Pada akhirnya mereka secara gotong royong mencoba menguras danau yang luasnya sekitar 25 kali lapangan sepak bola tersebut.
Setelah dikuras, mereka akan mengganti air dengan air dari kanal Malaprabha.
Danau Morab ini adalah danau terbesar di Navalgund, nama wilayah tersebut, dan merupakan satu-satunya sumber mata air untuk penduduk desa serta ternak mereka.
Sampai sekarang penduduk desa harus berjalan sejauh 2 hingga 3 kilometer ke kanal Malaprabha untuk mengambil air.
"Kami menemukan mayat dalam keadaan sangat membusuk. Kami tidak ingin mengonsumsi air yang terkontaminasi.
Kami melakukan perjalanan 2 sampai 3 kilometer untuk mengambil air dari kanal Malaprabha yang mengalir melalui Morab," tutur seorang warga desa, Muttana Bhavaikatti dari desa Morab.
Sedangkan para ahli dari India sangat menyayangkan sikap warga desa Morab.
Baca Juga : Apakah Benar HIV/AIDS Sebabkan Kemandulan? Ini Dia Penjelasannya!
"Ini sangat disayangkan. Kami telah memberi tahu orang-orang untuk tidak panik karena HIV tidak menyebar melalui air.
Tetapi mereka tidak yakin dan mereka sudah mulai menguras danau," ujar petugas kesehatan distrik Dharwad, Dr. Rajendra Doddmani kepada Times of India.
Human Immunodefiency Virus (HIV) hanya menyebar melalui cairan tubuh.
Di luar manusia, virus ini tidak dapat bertahan lebih dari beberapa menit di udara atau air.
Baca Juga : Profesor Terkenal Asal India Ini Meninggal Mendadak Saat Sedang Siaran TV, Begini Kronologinya!
Menurut pendiri dan direktur Asha Foundation, Dr Glory Alexander yang merawat pasien HIV mengatakan penyebab kasus di salah satu desa di India ini adalah ketakutan daripada stigma.
"Ini ketakutan belaka yang berasal dari kurangnya kesadaran. Ketika seseorang mengidap positif HIV meninggal, virus itu juga mati.
Bahkan jika virus itu keluar dari tubuh, ia tidak dapat bertahan hidup di air dan mati dalam beberapa detik. Tidak ada risiko infeksi menyebar dari air," tuturnya.
Berdasarkan rumor yang berkembang di warga desa, air danau sudah terkontaminasi dan hal ini menimbulkan kepanikan.
Pihak berwenang sebenarnya sudah mau menawarkan untuk menguji kandungan air tersebut, namun penduduk desa tetap tidak mau mendengarkan.
Sehingga mau tak mau pihak berwenang telah mengerahkan 20 tabung siphon dengan empat motor untuk memompa air.
Sedangkan warga lainnya, Pradeep Hanikere, mengatakan penduduk desa lebih baik berjalan jauh atau kesulitan sehari-hari daripada harus meminum air dari danau.
"Apakah para pejabat minum air kemasan jika mereka menemukan kotoran atau debu di dalam air minumnya?
Jika mereka tidak bisa, maka bagaimana mereka bisa memaksa kita untuk minum air dari danau tempat kita menemukan tubuh perempuan," ujarnya panjang lebar.
Selama empat hari setelahnya, penduduk desa telah menguras ratusan ribu liter air dan membuangnya ke aliran sungai terdekat.
"Pemerintah Taluk ingin kami menyelesaikan tugas pada 6 Desember. Mereka telah memperingatkan bahwa kanal di sisi kanan Malaprabha akan ditutup setelah 8 Desember, jadi kami harus mengisi air ke danau sebelum tanggal itu," tutur Anggota panchayat Gram Laxman Patil.
Sebanyak 50 orang terlibat dalam pengurasan air danau tersebut dan mereka mengaku membutuhkan satu hingga dua minggu untuk mengosongkan dan mengisi danau.
Inilah pentingnya pendidikan HIV sejak dini ya Moms!(*)
Baca Juga : Berbeda dengan Film, Begini Malam Pernikahan Pasangan di India
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | timesofindia |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR