Nakita.id - Jesse Osborne mengaku dirinya bersalah atas dua dakwaan pembunuhan, yaitu menembak mati ayahnya di rumah lalu menembak seorang anak kecil berusia 6 tahun di sekolahnya pada September 2016.
Jesse yang saat itu masih berusia 14 tahun dan sekarang sudah 16 tahun akhirnya dihukum 30 tahun penjara tanpa pembebasan bersyarat oleh pengadilan di Andserson County, Carolina Selatan.
Seorang jaksa, David Wagner, melaporkan bahwa Jesse berminggu-minggu sebelumnya telah merencanakan penembakan di Sekolah Dasar Townville.
Baca Juga : Asik Main Ponsel Saat Hujan Deras, Gadis 6 Tahun Asal Bogor Tewas Tersambar Petir, Pipi & Dada Menghitam!
Bahkan Jesse mendiskusikan rencananya itu kepada sebuah grup rahasia di Instagram yang disebutnya dengan 'sel tidur calon penembak sekolah'.
Kepada anggota grup tersebut Jesse mengatakan, "aku pikir kemungkinan besar aku akan membunuh sekitar 50 atau 60 anak."
"Jika beruntung mungkin 150 anak," lanjutnya pada pesan yang diambil oleh penyidik.
Awalnya Jesse berencana menembak murid SMP, namun beralih pikiran.
"Ada banyak polisi di SMP, tetapi di SD tidak," tutur Jesse, enam hari sebelum melancarkan aksi jahatnya itu pada grup rahasianya.
Kemudian Jesse menyusun rencana dengan menembak jendela kaca ke dalam ruang kelas, lalu membunuh sang guru serta muridnya dan melemparkan bom pipa ke kelas lain.
Selama persidangan yang digelar beberapa hari yang lalu, hakim memutuskan untuk menghukum Jesse seperti orang dewasa.
Namun sang pengacara membela Jesse dengan mengatakan kliennya itu sedang marah karena merasa diganggu.
Terlebih saat itu ayahnya mabuk-mabukan dan selalu bertengkar dengannya serta sang ibu.
Jesse Osborne menembak ayahnya, Jeffrey Osborne (47) sebanyak 3 kali di belakang kepala saat ayahnya duduk di kursi baca pada 28 September 2016.
Alasannya karena saat itu Jesse membutuhkan mobil pick up sang ayah untuk ke SD Townville, melancarkan aksinya.
Sesampainya di Townville, ia langsung menabrakkan truk ke pagar dan langsung menembak beberapa murid yang sedang bermain di taman saat jam istirahat.
Tembakan itu mengenai kaki seorang murid bernama Jacob Hall berusia 6 tahun dan tiga hari kemudian bocah malang ini meninggal dunia karena kehilangan darah.
Ketika Jesse dibekuk para petugas pemadam kebakaran, ia menangis sembari melempar senjatanya.
"Maafkan aku! Maafkan aku!," teriak Jesse.
Jesse membela diri dengan berkata ia salah memasang peluru sehingga saat akan digunakan pistol yang dibawanya macet.
"Pistolnya macet dan aku bersyukur pada Tuhan atas hal ini," ujar Jesse di pengadilan.
"Tolong katakan tidak ada yang meninggal. Apakah ada yang meninggal?" tanya Jesse lagi.
Akhirnya Jesse mengaku bersalah atas tiga tuduhan percobaan pembunuhan.
Source | : | The Sun |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Kunthi Kristyani |
KOMENTAR