Nakita.id - Bagi anak-anak yang usianya di bawah 3 tahun, warna merah, oranye, kuning dan hijau hanyalah sebuah nama yang berbeda untuk aneka warna yang sama.
Eits, tunggu dulu! Jika anak tak benar-benar bisa membedakan warna, Ibu harus waspada, lo. Kenapa? Karena bisa jadi si kecil mengalami buta warna. Buta warna pada anak bisa terjadi akibat faktor genetik, yang biasanya berpindah dari ibu ke anak pada generasi tertentu.
Ada dua jenis sel di bagian mata yang dapat mendeteksi cahaya dan bentuk masing-masing adalah kerucut dan batang. Kerucut bertanggung jawab atas penglihatan kita terhadap warna. Sel ini sensitif terhadap cahaya panjang gelombang merah, hijau dan biru.
(Baca juga : Deteksi Buta Warna)
Anak-anak yang mampu melihat setiap warna pelangi, bisa membedakan antara lebih dari 100 warna. Namun, ada pula anak yang hanya melihat segelintir warna, dan beberapa melihat kurang dari yang seharusnya.
Karena buta warna termasuk dalam kategori kesenjangan sosial, orangtua dan guru harus paham dan menyadari penuh tanda-tanda anak yang tak bisa membedakan warna alias buta warna.
"Warna digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengajarkan membaca dan matematika," kata Scott Steidl, M.D., Direktur Vitreoretinal Service di University of Maryland School of Medicine.
Mulai dari lembar tugas dan pekerjaan di sekolah, menghitung manik-manik, kapur tulis, peta dan aktivitas lainnya semuanya membutuhkan identifikasi warna.
Tidak mungkin rasanya bila anak-anak yang tidak dapat melihat warna dengan benar mampu mengikuti materi pelajaran yang disampaikan.
(Baca juga : Waspada, Atresia Ani Pada Bayi)
Anak-anak yang buta warna sering mengalami salah diagnosis dengan ketidakmampuan belajar, tidak perhatian atau kemalasan di sekolah.
Makanya, Ibu juga mesti paham betul bila anak memiliki tanda-tanda buta warna agar proses mengobati atau mengatasinya dilakukan secara tepat.
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR