Tabloid-nakita.com - Kelainan pada bayi disebabkan karena adanya kelainan struktur, fungsi, atau metabolisme tubuh yang terjadi pada saat bayi lahir. Hal ini bisa diketahui dengan cara melihat fisik bayi. Namun kelainan juga ada yang tak terlalu nampak, karena itu banyak ibu yang kurang menyadarinya. Berikut 8 Kelainan Anggota Tubuh Bayi yang Kerap Ditemui:
1. Kepala
Pengukuran lingkar kepala bayi lazim dilakukan secara berkala sejak lahir hingga bayi berusia 1 tahun. Pengukuran lingkar kepala dimulai dari dahi sampai belakang kepala. Ukuran normal lingkar kepala bayi adalah 32–37 cm.
Ukuran kepala lebih dari 37 cm dapat disebabkan oleh hidrosefalus (penumpukan cairan otak akibat gangguan aliran cairan di otak). Gangguan ini menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya. Untuk penanganan kasus ini biasanya dengan pembedahan guna memperbaiki saluran pembuangan cairan di otak.
Sedangkan kepala yang berukuran kurang dari 32 cm disebut mikrosefali (kelainan pertumbuhan tengkorak kepala yang menyebabkan kepala penderita terlihat lebih kecil dari ukuran normal). Mikrosefali dapat menjadi indikasi adanya ketidaksempurnaan perkembangan otak. Ukuran kepala yang kecil juga bisa menjadi pertanda telah menutupnya sutura (bagian tengkorak bayi) sebelum waktunya. Bila ini terjadi harus dikonsultasikan ke bagian bedah karena harus dilakukan pembedahan pada bagian tengkorak kepala. Sutura yang menutup sebelum waktunya dapat menghambat perkembangan otak anak.
Ada pula kepala peyang atau asimetris yang biasanya disebabkan oleh tekanan pada saat proses persalinan. Tulang tengkorak bayi saat lahir masih sangat lunak sehingga ketika mendapat tekanan dari jalan lahir dapat memengaruhi bentuknya. Posisi tidur yang tidak berubah-ubah (hanya pada satu sisi saja) juga dapat membuat bagian yang mengalami penekanan menjadi lebih pipih.
Kepala peyang dapat diatasi dengan secara rutin memperbaiki/mengubah-ubah posisi kepala bayi kala tidur. Upayakan bayi tidur dengan posisi kepala yang simetris, tidak miring kiri atau kanan. Bantal khusus bayi juga dapat dimanfaatkan agar kepala saat tidur dapat berada di posisi simetris. Kelainan bentuk ini lambat laun dapat kembali normal.
2. Wajah
Untuk mengamati bagian wajah simetris atau tidak, dapat dilakukan pada saat bayi sedang menangis atau tertawa. Bila saat menangis, bibirnya tampak tidak simetris (sudut bibirnya miring) dapat menjadi pertanda ada kelumpuhan pada saraf 7. Sedangkan bila bagian lidah yang tidak simetris pertanda ada kelumpuhan pada saraf 12. Lakukan konsultasi lebih lanjut pada ahli saraf, apakah diperlukan tindakan terapi atau bentuk penanganan yang lain.
3. Daun Telinga
Ketika ditarik garis horizontal dari mata ke daun telinga, semestinya posisi telinga dan mata adalah sejajar. Bila posisi telinga di bawah atau lebih rendah dari garis horizontal tersebut, kemungkinan si bayi menderita sindrom tertentu (sindrom trisomi 9 atau 18) yang memerlukan penanganan khusus.
Bila hanya ada tonjolan sedikit pada daun telinga, tak perlu khawatir, karena kelainan bentuk ini masih dalam batas normal. Demikian pula bentuk telinga yang terlalu besar atau kecil yang umumnya terkait dengan genetik.
Sedangkan untuk telinga yang seperti terlipat saat lahir, biasanya akan kembali normal dalam beberapa hari. Ini terjadi karena adanya tekanan dari jalan lahir. Namun bila daun telinga sampai menempel pada kulit kepala, diperlukan tindakan koreksi untuk memisahkan dengan kulit kepala. Tindakan koreksi ini dapat dilakukan setelah bayi berusia 3–6 bulan.
4. Mata
Diameter mata bayi baru lahir yang normal adalah 16 mm dan akan bertambah 3,8 mm pada tahun pertama, sedangkan kornea mata bayi memiliki diameter sepanjang 10 mm. Ukuran di luar itu, misalnya, kornea mata tampak membesar, bisa pertanda adanya gangguan, seperti glaukoma. Bisa juga pertanda hipertiroid, bila dibarengi dengan gejala lain, semisal tangan bayi tampak selalu gemetar atau berkeringat berlebihan. Untuk penanganan, dokter anak umumnya akan mengadakan pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli lain, seperti ahli kesehatan mata.
5. Bibir Sumbing
Bibir sumbing adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung. Bibir sumbing dikenal pula dengan istilah celah bibir. Kelainan ini terkadang dibarengi dengan celah langit-langit mulut. Penyebabnya bisa mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia).
Selain tidak sedap dipandang, kelainan ini juga mengakibatkan gangguan perkembangan berbicara, infeksi telinga, dan membuat bayi mengalami kesulitan ketika makan. Biasanya dilakukan bedah plastik pada saat bayi berusia 3—6 bulan.
6. Leher
Bila leher bayi hanya mampu menengok ke satu sisi, tak perlu khawatir. Ini biasanya hanya merupakan kelainan otot yang akan menghilang setelah 8–10 minggu. Namun, kalau kondisi ini masih menetap (lebih dari 10 minggu), hendaknya dilakukan konsultasi kepada dokter karena khawatir ada kelainan pada otot lehernya. Gangguan pada proses penyatuan tulang belakang leher dengan tulang tengkorak, juga dapat membuat kepala bayi miring ke sisi yang terkena. Akibatnya, pergerakan leher jadi terbatas. Biasanya dilakukan peregangan pasif pada masa bayi. Jika belum berhasil, umumnya dilakukan pembedahan pada usia prasekolah.
KOMENTAR