Selepas membunuh putranya, Katit-Staeheli pun berusaha melakukan bunuh diri, namun gagal.
Seorang ahli kejiwaan, menyatakan Katit-Staeheli menderita gangguan kepribadian saat mengetahui, "Tidak ada jalan keluar lain selain membunuh anaknya tersebut."
Alasan lain juga karena dirinya sangat skeptis terhadap pengobatan dan juga pengobatan medis yang harus dijalani anak laki-lakinya tersebut.
Baca juga : Beda Bayi yang Minum Susu dari Botol dan yang Menetek pada Ibu
Dirinya mengatakan bahwa dia lebih menyukai pengobatan secara tradisional untuk mengobati penyakit anaknya, dan ia juga khawatir bahwa tim dokter akan melakukan malpraktik.
Ketika dokter mengatakan kepadanya, anaknya memerlukan pemeriksaan MRI, dia mengatakan bahwa dia panik dan memutuskan untuk mencullik anaknya.
Perbuatannya itu pun menuntutnya untuk menjalani masa hukuman selama 17 tahun penjara dan mendapatkan keringanan menjadi 11 tahun penjara.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR