Namun, saat kuberitahukan pada orang tuaku tentang niat kami, mereka sempat mempertanyakannya.
Baca Juga : 7 Tahun Pacari Murid SMA-nya, Kisah Asmara Guru dan Murid ini Berakhir di Pelaminan
Aku maklum, mungkin sebagai orang tua mereka punya hal-hal yang belum dapat dimengerti. Butuh beberapa bulan untuk meyakinkan mereka.
Orang tuaku khawatir anak gadisnya dibawa pria yang lebih belia. Anjas, kan, waktu itu baru 23 tahun. Lalu, masa depan artis juga enggak jelas.
Ditambah lagi, pendidikan Anjas tidak setinggi aku. Beberapa kali Bapak bertanya, mantapkah aku memilih Anjas sebagai pasangan hidup.
"Apa kamu siap menghadapi konsekuensinya? Berani berjanji pada Bapak dan Ibu, bila menikah nanti, tidak pulang, mengeluh, karena Anjas tidak sesuai dengan harapan?" begitu tanya Bapak padaku. Aku mantap mengangguk.
Aku memang siap. Aku tahu, ucapan Bapak itu sekadar mengingatkan, ini adalah pilihanku. Aku musti ingat, pembicaraan ini pernah terjadi. Apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah disesali.
Pesta dibantu teman
Setelah orang tuaku yakin, Anjas menemui Bapak. Syukurlah, Anjas bisa "menaklukkan" Bapak yang sebetulnya terkenal galak. Teman-temanku pun takut pada Bapak, tapi Anjas kebal dan bisa mengambil hati.
Belakangan kuketahui, dia memang selalu disayang orang tua pacar-pacarnya dulu. Waktu ke rumah, Anjas sok akrab. Padahal Bapak hanya menjawab dengan deheman dan jawaban pendek, sambil asyik main video game.
Aku takut banget Anjas dibentak. Tapi Anjas tak jera menegur, sampai akhirnya Bapak mau menjawab dan mengobrol dengan Anjas.
Obrolan mereka bisa panjang kalau sudah membahas topik pertukangan. Anjas memang pintar mengambil hati. Kalau ada pameran yang berkaitan dengan kegemaran Bapak, Bapak langsung diajak jalan. Kalau ada pameran flora atau fauna, giliran Ibu yang diajak.
Setelah persiapan matang, aku dan Anjas menikah pada 17 Juni 1999, di Jelambar. Dua hari kemudian resepsi dilangsungkan di Jakarta Convention Center.
Baca Juga : Jokowi Tunjukkan Keharmonisan dengan Keluarga di Istana Bogor, Begini Awal Mula Kisah Cinta dengan Iriana
Tadinya, sih, aku ingin akadnya di sebuah masjid di Puncak. Sedangkan resepsinya pesta kebun ala zaman Belanda di hamparan kebun teh. Aku memakai kebaya putih, sedangkan Anjas jas dan topi putih.
Para undangan juga memakai dress code putih. Hanya saja, kami akhirnya memilih mengundang banyak orang.
Soalnya, aku bungsu, dan buat keluarga Anjas, ini pesta pernikahan pertama. Biayanya memang tak sedikit, tapi kami bersyukur dapat bantuan dari banyak teman, antara lain busana pengantin, dokumentasi, foto, bahkan untuk bulan madu ke Bali.
Ada pula yang memberi dalam bentuk uang. Setengah dari pesta yang kabarnya termasuk pesta pernikahan termegah tahun itu, adalah hadiah dari teman. (Ahmad Tarmizi)
(Artikel ini pernah tayang di Intisari dengan judul Kisah Cinta Dian Nitami-Anjasmara: Berawal dari Benci, Akhirnya Berujung Jatuh Cinta)
Source | : | intisari |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR