Menyusul ke Sydney
Akhirnya, kami malah jadi dekat. Bahkan, kami sering bercanda, saling memanggil dengan panggilan "Sayang" selama di lokasi syuting. Awalnya sih, tak ada maksud karena panggilan itu hanya di mulut saja.
Namun, ibarat peribahasa, kata sayang dari mulut itu turun ke hati menjadi perasaan. Lama kelamaan, aku mulai mencintainya.
Kalau enggak ketemu, rasa kehilangan menyusup ke dalam hati. Itu sangat kurasakan saat Anjas ikut program homestay di Sydney.
Tak kuat menahan kangen, aku nekat menyusul. Padahal, kami belum pacaran, lho. Karena enggak mau ketahuan sedang kangen, pada Anjas aku mengaku ada acara di sana. Ha ha ha...
Kebetulan, temanku yang jadi penyelenggara homestay itu. Jadi aku tahu kapan Anjas pergi dan pulang.
Apesnya, bulan Juli 1996 itu, semua penerbangan ke Sydney sedang penuh. Susah banget mencari tiket.
Tapi aku bilang pada biro perjalanan yang kupesan, aku tak mau tahu hal itu. Pesawat apa saja boleh, yang penting aku berangkat hari itu juga.
Terserah aku mau ditempatkan di mana. Kalau perlu, di ekor pesawat pun jadi. Lalu, aku juga ngotot, pulangnya harus satu pesawat dengan Anjas. Maksa, ya?
Baca Juga : Sering Tepat Ramal Hidup Artis, Mbak You Buat Pengakuan Pernah Menikah dengan Ular
Aku berhasil berangkat ke Sydney. Pada malam kedua, aku bisa menemui Anjas. Ah, puas rasanya bisa memandang wajahnya berlama-lama. Malam itu kami menyusuri Darling Harbour berdua.
Di tengah suasana romantis itu, tiba-tiba Anjas bertanya, maukah aku menjadi kekasihnya. Tak terperikan bahagia yang kurasakan saat itu. Setelah enam bulan sebelumnya melakukan penjajakan, sejak malam itulah kami pacaran.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | intisari |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR