Nakita.id - Moms, secara teori, pada usia 3-6 tahun, anak memasuki tahapan perkembangan psikoseksual, yaitu masa falik.
Pada periode ini, sumber kenikmatan dari mulut (masa oral) secara alami berpindah ke daerah kelamin.
Akan tetapi, kepuasan seksual yang diperoleh pada tahap ini, bukanlah masturbasi.
Pada masturbasi ada keinginan atau pengharapan untuk bisa memuaskan hasrat seksual.
Pada usia ini anak belum memiliki pemikiran ke arah sana.
Baca Juga : 4 Penyebab Perut Buncit dari Kebiasaan yang Bisa Jadi Tak Moms Sadari
Yang terjadi saat anak memegang penis/vagina, rasa ingin tahunya muncul sehingga apa pun dia eksplorasi, termasuk alat kelaminnya.
Si Kecil berusaha mengamati organ seks miliknya dengan memegang-megang, menggaruk-garuk, bahkan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.
Sekali lagi, bukan untuk kenikmatan, namun sekadar menuruti keingin tahuannya, "Ini namanya apa, ya?"; "Apakah papaku/ mamaku punya juga?", dan lainnya.
Ini yang bisa Moms lakukan jika Si Kecil telah memasuki masa falik.
1. Beri pemahaman
Apa yang harus dilakukan saat mendapati anak memegang atau memain-mainkan alat kelaminnya? Berikut tips dari Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si.
Baca Juga : Fakta Aneh Bayi Baru Lahir Ini Tak Pernah Diungkapkan Dokter!
-Berusahalah tenang dan ajukan pertanyaan seolah-olah hal itu bukan masalah besar.
Tanyakan hal seperti, "Kakak pegang-pegang vagina/penis kenapa?"
Ada anak yang akan berkata terangan-terangan dan ada anak yang malu, lalu menghindari dari pertanyaan semacam itu.
Beri ia penjelasan bahwa memegang-megang alat kelamin tidak diperbolehkan berkaitan dengan tangannya yang mungkin kotor sehingga perilakunya itu bisa mengakibatkan infeksi.
"Kalau infeksi, Kakak pipis jadi sakit, lo."
-Jangan melarang tanpa alasan jelas.
"Pokoknya Kakak enggak boleh melakukan itu lagi, ya!"
Larangan ini hanya akan membuat anak kebingungan.
Dampaknya, anak justru penasaran ingin melakukannya lagi dan memainkan alat kelaminnya secara sembunyi-sembunyi.
-Jangan memberi hukuman, Apa lagi hukuman fisik.
Hukuman fisik (terlebih tanpa disertai alasan) akan membuat anak bingung dimana letak kesalahannya.
Baca Juga : 7 Manfaat Kesehatan Tak Terduga Daun Salam, Lebih dari Bumbu Dapur!
Penjelasan yang diberikan, diakui Mayke, memang tidak akan serta-merta membuat anak menghentikan perilakunya itu.
Karena itu, sarannya, selalu awasi anak.
Ketika ia mulai memainkan alat kelaminnya, alihkan perhatiannya dengan memberi anak berbagai aktivitas menarik.
"Kurangnya aktivitas hanya akan membuat pikirannya terdorong ke sana karena perilaku itu biasa dilakukan ketika anak sendirian, atau ketika ada waktu kosong," jelasnya.
2. Kapan harus ke ahli?
Mayke menjawab, bila anak sudah memainkan kelaminnya secara berlebihan, seperti jika ia melakukannya di sembarang tempat dan tidak kenal waktu serta sehari sampai beberapa kali.
Kasus-kasus seperti ini sudah memerlukan penanganan ahli.
Ahli akan mencari penyebab utama mengapa anak kerap memainkan alat kelaminnya.
Baca Juga : Freddie Mercury Meninggal Karena AIDS, Penting Tahu Cara Mencegahnya dengan Metode Ini
Kalau karena perasaan kesepian, orangtua harus terlibat untuk menyadarkan bahwa sebenarnya orangtuanya membutuhkan dan menyayangi dia.
Sementara pada anak-anak yang memegang-megang penis/vagina lantaran kurangnya aktivitas, kepada orangtuanya akan diberikan panduan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan bersama anak.
Setelah 2-3 bulan akan dilakukan kontrol sejauh mana keberhasilan PR tersebut.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Rizqa Widiasti |
Editor | : | Amelia Puteri |
KOMENTAR