Nakita.id - Ada beberapa bagian dari proses melahirkan yang sebenarnya paling ditakutkan setiap perempuan, terutama yang akan menghadapi persalinan normal, yaitu vagina yang robek.
"Penting untuk mengembalikan gagasan tentang robekan pada vagina dan tidak takut, karena hal ini sering terjadi," kata Katie Page, seorang bidan perawat di Forest, Virginia.
Sebelum khawatir, memang Ibu sebaiknya tahu dulu apa sebenarnya luka (robekan) spontan pada vagina? Yang jelas, dokter bukanlah yang menyebabkan robekan vagina yang terjadi. Luka spontan pada perineum (daerah antara vagina dan anus) terjadi saat bayi terdorong keluar rahim ibu.
"Selama melahirkan, vagina harus membentang cukup luas untuk membiarkan bayi, yang kepalanya seukuran buah blewah, untuk dapat melewatinya," kata Sherry Ross, MD, seorang ahli kesehatan ob-gin dan wanita di Providence Saint John's Health Center, California.
Apa kemungkinan terjadinya robekan? Menurut Ross, Ibu yang pertama kali melahirkan secara normal memiliki 95% kemungkinan mengalami beberapa bentuk robekan vagina saat bersalin, karena jaringan di area vagina kurang fleksibel.
Baca juga : 5 Perubahan Vagina Setelah Melahirkan
Tapi faktor lain berkontribusi pada kemungkinan luka, seperti kelebihan berat badan atau memiliki kelahiran cepat, karena jaringan memiliki sedikit waktu untuk beradaptasi dan meregang saat bayi keluar dari vagina ibu.
Posisi bayi (yang menghadap ke atas, misalnya, memberi tekanan ekstra di bagian bawah vagina) sehingga menimbulkan robekan spontan.
Terjadinya persalinan vakum / forceps atau persalinan yang sangat lama, menyebabkan pembengkakan vagina yang parah, yang juga meningkatkan kesempatan terjadinya robekan.
"Biasanya, setelah persalinan normal pertama, jaringan Ibu akan lebih fleksibel sehingga risiko robekan pada vagina lebih rendah," tutur Ross.
Apa saja jenis robekan vagina? Ada empat tingkat robekan dan kabar buruknya, semuanya bisa sangat menyakitkan. Tapi beberapa memerlukan beberapa jahitan dan bisa memengaruhi otot sfingter anus juga. Untungnya, robekan yang paling umum bukanlah yang paling parah.
- Robekan vagina tingkat pertama: Robekan ini tidak melibatkan otot, namun terkadang membutuhkan jahitan kecil.
- Robekan vagina tingkat dua: Laserasi/robekan yang paling sering terjadi melibatkan lapisan vagina dan jaringan vagina yang lebih dalam (submukosa) dan membutuhkan lebih banyak jahitan.
- Robekan vagina tingkat tiga: Laserasi ini masuk ke lapisan vagina yang lebih dalam dan otot-otot yang membentuk sfingter anal, kata Ross. "Dokter perlu menjahit setiap lapisan vagina secara terpisah, dengan perhatian khusus untuk menutup lapisan otot yang menunjang sfingter."
- Robekan vagina tingkat keempat: Robekan ini mencakup semua hal di atas dan meluas sampai ke lapisan dubur. "Ini adalah perbaikan yang sangat rumit dan menyeluruh, yang melibatkan penutupan beberapa lapisan," papar Ross.
Baca juga : Risiko Robekan Rahim pada Persalinan Normal Setelah Caesar
Untungnya, robekan ini yang paling sering terjadi jadi buat dokter tak akan masalah untuk memperbaiki. Umumnya, robekan vagina tingkat ketiga dan keempat lebih sering terjadi bila bahu bayi macet atau saat vakum atau forceps digunakan.
Seperti apa pemulihannya? Jika Ibu mengalami robekan pertama atau kedua, maka kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan, terutama saat posisi duduk tegak selama sekitar seminggu.
Buang air besar atau melakukan apapun yang menyebabkan kenaikan tekanan di area bawah, seperti batuk atau bersin, juga akan menyakitkan.
Pada minggu kedua, robekan harus disembuhkan dengan cukup baik dan jahitannya akan pecah, "Tapi saraf dan kekuatan otot penuh bisa memakan waktu beberapa minggu untuk sembuh," kata Page.
Penyembuhan untuk laserasi tingkat ketiga dan keempat membutuhkan waktu lebih lama, mulai dua sampai tiga minggu dengan rasa sakit. Dan ketidaknyamanan saat berhubungan seks bisa berlangsung selama beberapa bulan.
Dalam masa-masa sulit ini, pelunak feses dan makanan kaya serat dapat membantu sedikit, kata Page, seperti juga saat melakukan kompres dingin dan berendam dengan obat herbal.
Kondisi robekan yang parah ke dalam vagina atau rektum dapat menyebabkan disfungsi dan prolaps panggul, masalah saluran kencing, kesulitan usus bergerak, dan ketidaknyamanan saat bersenggama.
Baca juga : Kiat Melahirkan Normal Tanpa Perlu Jahitan di Vagina
Bagaimana cara menghindari atau mengurangi keparahan dari peradangan vagina? Selama persalinan, cobalah berada dalam posisi yang kurang memberi tekanan pada perineum dan lantai vagina, seperti berjongkok tegak, kata Page. Tangan, lutut dan posisi lain condong ke depan.
Ini juga sangat membantu jika Ibu memimpin fase mengejan saat bersalin. "Ketika seorang ibu memimpin jalannya persalinan, dirinya hanya cukup untuk merasakan bayinya bergerak, yang memungkinkan vagina meregang perlahan, mengurangi kemungkinan robekan," kata Page.
Di sisi lain, saat Ibu diarahkan untuk mengejan sekuat tenaga di saat seseorang menghitung, ada banyak tekanan tambahan pada perineum, yang dapat meningkatkan kemungkinan robekan.
Baca juga : Kenapa Kulit dan Otot Vagina Harus Digunting Saat Persalinan
Ross menyarankan, Ibu bisa mengurangi kemungkinan robekan vagina dengan menggunakan kompres hangat ke perineum selama fase persalinan.
Sekitar empat sampai enam minggu sebelum tanggal persalinan berlangsung, lakukan pemijatan perineum 10 sampai 15 menit setiap hari.
"Sering memijat pangkal vagina dengan minyak atau pelumas berbahan dasar air diperkirakan bisa melembutkan jaringan, membuatnya lebih lentur dan meningkatkan kelenturannya."
Selalu konsultasikan lebih dulu dengan dokter sebelum memulai latihan, terutama jika Ibu memiliki riwayat herpes, karena mempraktikkan pijat perineum dengan wabah herpes aktif meningkatkan risiko penyebaran virus ke seluruh saluran genital. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR