Nakita.id - Ibu yang kurang memerhatikan kondisi kebersihan menyebabkan timbulnya infeksi yang terjadi pada anak. Salah satu infeksi yang mungkin dialami bayi atau pun balita ialah infeksi saluran kemih.
Infeksi saluran kemih pada anak bisa saja ditandai dengan nafsu makan buruk, sehingga menyebabkan diare dan muntah.
Maka jangan heran jika si kecil mengalami infeksi saluran kemih, ia akan mengalami penurunan berat badan. Selain itu, anak akan cenderung cepat rewel, diikuti dengan demam.
Ibu perlu waspada karena hal ini bisa berdampak serius jika telat dalam mengobatinya. Berikut 7 fakta yang wajib Ibu tahu seputar infeksi saluran kemih pada anak dan bayi:
Baca juga : Kebiasaan Ini Dapat Mencegah Infeksi Saluran Kemih
1. Gejalanya tidak tampak pada bayi
Salah satu tanda yang terlihat jelas bila anak mengalami infeksi saluran kemih (ISK) ialah anak menangis dan mengeluh sakit saat buang air kecil. Jika hal ini terjadi, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan untuk segera diperiksa ke dokter.
Ibu juga harus memerhatikan dengan seksama warna urin si kecil, apakah warnanya keruh, berdarah atau berbau busuk yang kuat. Tanda lainnya yaitu, demam, muntah, sakit perut dan lesu, kata Dr Oh Meng Choo, seorang dokter anak di Kids Clinic, Singapura.
Namun, ada sekitar satu dari 20 bayi yang mengalami demam tanpa gejala ISK umum lainnya. Kurangnya tanda-tanda terjadinya infeksi ini sering tidak terdeteksi pada bayi, catat AAP.
2. Popok basah yang kotor adalah tempat berkembang biak yang ideal bagi kuman
Banyak jenis bakteri penyebab ISK juga ditemukan di usus besar, yang paling umum adalah Escherichia coli (E Coli), kata Dr Leo Deng Jin, seorang dokter anak di Thomson Pediatric Center, Bukit Panjang.
Dia menjelaskan, kebanyakan kasus ISK disebabkan oleh bakteri di sepanjang bagian bawah saluran kemih, seperti uretra (jalur yang membawa air kencing dari kandung kemih keluar dari tubuh), naik dan menyerang bagian atas, menyebabkan infeksi.
Bayi dan batita adalah yang paling rentan terhadap ISK karena mereka sering menggunakan popok. Mereka juga cenderung buang air kecil lebih sering daripada orang dewasa karena kandung kemihnya lebih kecil.
Popok kotor dan basah mendorong bakteri untuk berkembang biak pada kulit di daerah selangkangan, jadi gantilah popok anak secara teratur, kata Deng Jin.
Baca juga : Gara-gara Menahan Pipis, Banyak Ibu Alami Infeksi Saluran Kemih
3. Anak perempuan umumnya berisiko lebih tinggi terkena ISK
Anak perempuan memiliki uretra lebih pendek dan hal ini memungkinkan bakteri dari usus untuk pindah ke kandung kemih lebih mudah.
Infeksi semacam ini juga umum terjadi jika batita suka menahan tinja untuk waktu yang lama. Sembelit dapat meningkatkan risiko ISK.
ISK dapat terjadi karena alasan lain juga, seperti jika anak mengalami kelainan saluran kencing.
4. Anak laki-laki yang belum disunat lebih berpotensi mengalami ISK.
Bayi atau anak laki-laki yang belum disunat umumnya berisiko lebih tinggi mengalami ISK mulai 4 sampai 10 kali lipat, kata Deng Jin.
Hipotesisnya adalah bakteri bisa bersembunyi dan terbentuk di bawah kulup dan masuk ke saluran kemih. Sebuah studi yang dilakukan oleh periset McGill University, menghitung bahwa risiko infeksi mungkin sekitar 88% lebih rendah pada anak laki-laki yang telah disunat.
Deng Jin mengatakan, sunat dapat meningkatkan kebersihan alat kelamin pada anak laki-laki, namun prosedurnya bukan tanpa risiko. "Prosedurnya tidak perlu dilakukan kecuali anak terus mengalami balanitis kambuhan, infeksi kepala penis yang bisa menyebabkan ruam merah gatal."
Deng Jin menyarankan agar orangtua berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli bedah bayi untuk mempertimbangkan potensi risiko dan manfaatnya.
Jika anak belum disunat, tariklah kulit khatan untuk membersihkan alat kelaminnya. Ini harus dilakukan setiap hari sebagai bagian dari rutinitas mandi biasa, saran Deng Jin.
"Terkadang, ini mungkin sulit dilakukan pada beberapa anak laki-laki dengan kulup yang ketat. Dalam kasus tersebut, secara bertahap peregangan kulup kembali saat mandi hangat, saat kulit lebih lembut dan lebih lentur, " tambahnya.
5. Untuk diagnosis yang tepat, dibutuhkan sampel urin
Satu-satunya cara untuk memastikan apakah anak menderita ISK adalah mengirim sampel urin untuk pengujian laboratorium. Untuk bayi dan batita yang belum dilatih menggunakan toilet, dokter mungkin akan melakukan prosedur yang dikenal sebagai kateterisasi keluar untuk mendapatkan sampel urin yang tepat.
Ini melibatkan penggunaan silikon kateter lembut, steril atau karet (tabung), dan memasangnya ke uretra untuk mengeluarkan air kencing dari kandung kemih.
Sebelum melakukannya, dokter yang melakukan prosedur ini akan membersihkan alat kelamin secara menyeluruh untuk mengurangi risiko bakteri masuk ke kandung kemih selama proses kateterisasi.
Prosedurnya tidak nyaman bagi si kecil dan mungkin akan menangis selama proses berlangsung. Tapi ini membantu dokter bayi dalam mendiagnosis secara akurat penyebab infeksi dan meresepkan antibiotik yang tepat.
Baca juga : Gejala Infeksi Saluran Kemih pada Anak yang Perlu Diwaspadai
6. Dampaknya bisa mematikan
Jika si kecil menderita ISK, ia perlu segera diobati dengan antibiotik dan minta pemeriksaan pada area ginjalnya dengan menggunakan pemindaian ultrasound.
Jika usia anak di bawah 1 tahun, maka kemungkinan besar ia akan dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik melalui infus.
Yang perlu diingat, jangan menunda pengobatan! Karena hal ini berisiko terkena infeksi yang berlanjut ke aliran darah atau ke organ lain.
Jika infeksi menyebar ke saluran kemih bagian atas, seperti ginjal, bisa menyebabkan jaringan parut dan gagal ginjal. Dan jika bakteri masuk ke aliran darah bayi, mungkin ada komplikasi yang mengancam jiwa.
7. Jangan menunggu sampai ISK terjadi
Sedapat mungkin hindari terjadinya ISK pada anak mengingat risiko-risiko yang telah disebutkan di atas. Untuk itu, Deng Jin menyarankan orangtua dapat melakukan hal-hal berikut demi menghindari terjadinya ISK;
- Menjaga kesehatan dengan tepat. Jika anak Ibu perempuan, selalu bersihkan area genitalnya dari depan ke belakang. Jika anak berjenis kelamin laki-laki, bersihkan alat kelaminnya dengan menarik kulup dengan lembut.
- Dorong kebiasaan buang air besar yang benar. Latih batita untuk segera ke toilet kapan pun ia mulas dan ingin buang air kecil atau kotoran. Bila anak sering menahannya, ia berisiko terserang ISK.
- Pilih celana dalam berbahan katun dan hindari ukuran celana yang terlalu ketat.
- Hindari mandi busa dan zat lainnya seperti deodoran dan sabun wangi yang bisa mengiritasi alat kelamin.
- Dorong anak untuk minum banyak air putih. Hindari memberi makanan dan minuman, seperti cokelat dan minuman berkafein, yang bisa mengiritasi kandung kemih. (*)
GIV Gelar Kompetisi 'The Beauty of GIVing' Guna Dukung Perjalanan Inspiratif Womenpreneur Indonesia
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR