Nakita.id - Artis cantik Gisella Anastasia telah resmi bercerai dengan Gading Marten sejak Rabu (23/1/2019).
Gisel yang pertama kali melayangkan gugatan cerai pada 19 November 2018 lalu.
Setelah beberapa kali menjalani persidangan cerai, akhirnya gugatan cerai Gisel dikabulkan.
Baca Juga : Sempat Terguncang dan Sedih Usai Cerai dari Gading, Gisel Lakukan Terapi Psikologis
Setelah gugatannya dikabulkan, ternyata Gisel tidak lepas dari rasa trauma dan keguncangan usai cerai.
"Terus terang pasti ada trauma dan ketakutan-ketakukan untuk melangkah dalam hal apapun. Makanya kalau ditanyain mau ngapain aja ya gini aja dulu. Kerja aja dulu, melewati hari-hari dengan kerja, kerja, kerja nanti kan lewat," kata Gisel dalam tayangan Selebrtita Siang (31/1/2019).
Gisel bahkan berkonsultasi dengan psikiater untuk menyembuhkan suasana hatinya.
Baca Juga : Sule dan Lina Akan Cerai, Ini Dampak Psikologis Anak Tergantung Usia Dalam Menghadapi Perceraian Orangtua!
Banyak pertanyaan mengenai perilaku Gisel usai cerai.
Bukankah Gisel yang telah menggugat cerai Gading? Mengapa ia trauma setelah keinginannya untuk berpisah dikabulkan?
Dikutip dari brookhavenretreat.com, terdapat beberapa dampak psikologis akibat perceraian bagi para perempuan.
Perceraian merupakan peristiwa yang membuat kehidupan pasangan berubah secara permanen.
Beberapa kasus perceraian membawa perubahan positif dan perasaan lega yang mendalam.
Akan tetapi, wanita khususnya sering mengalami dampak psikologis dan emosional yang parah.
Perjuangan wanita dalam menghadapi trauma psikologis usai perceraian sangat brpengaruh terhadap masa depannya.
Baca Juga : Nella Kharisma Kepergok Beli Kain Kiloan, Contoh Artis Rendah Hati?
Beberapa efek psikologis dan emosional yang paling umum dialami oleh wanita setelah perceraian meliputi:
Kesedihan
Perceraian tidak jauh berbeda dengan perasaan kehilangan karena kematian.
Kandasnya hubungan cinta yang telah dirajut membuat banyak wanita melewati beberapa emosi, seperti kesedihan, penolakan, kemarahan, tawar-menawar, dan depresi sebelum mereka bisa sampai ke tahap penerimaan atau ikhlas.
Orang punya reaksi berbeda terhadap perasaan kehilangan, jadi tidak setiap wanita mengalami semua tahapan ini atau dalam urutan ini.
Tapi berduka setelah kehilangan pernikahan adalah hal yang sangat normal terjadi.
Rasa Bersalah
Ini adalah perasaan yang sangat umum dialami wanita usai perceraian.
Walau penyebab keretakan rumah tangga akibat kesalahan suami (misal berkhianat atau punya tabiat buruk), namun hal ini tak serta merta melepaskan Moms dari perasaan bersalah.
Beberapa wanita merasa bersalah karena tidak bekerja lebih keras untuk membuat pernikahan itu berhasil, terutama jika sudah memiliki anak.
Penolakan dan isolasi
Baik itu kenyataan atau hanya perasaan saja, banyak wanita menganggap dirinya ditolak oleh kelompok sosial mereka usai menyandang status janda.
Mungkin Moms malu tentang perceraian dan tidak tahu bagaimana mendiskusikan perasaan atau ketakutan itu.
Beberapa wanita mengalami keterasingan dari orang-orang yang menganggap perceraian adalah hal yang buruk.
Puncak dari masalah mental usai perceraian adalah depresi.
Kehancuran dan ketidakpastian yang menyertai perceraian dapat memunculkan depresi dan kecemasan.
Terlepas apakah Moms memiliki riwayat sebelumnya dengan masalah kesehatan mental ini, stres berat karena perceraian dapat menyebabkan perasaan luar biasa yang sering kali sulit diatasi.
Gangguan psikologis ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, tetapi Moms harus mewaspadai tanda dan gejala yang menyertainya sehingga Moms dapat mencari bantuan dari ahli kesehatan mental jika diperlukan.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR