Untuk penelitian ini, Boehme dan koleganya mengidentifikasi hampir 31.000 pasien dari pusat data negara bagian New York, usia rata-rata 72 tahun, yang mengalami stroke pada tahun 2014.
Baca Juga : Sulit Tidur Setiap Malam? Bukan Obat Tidur, Buah Ini Solusinya!
Sebagai kelompok, mereka cenderung memiliki kasus flu yang lebih parah, karena semuanya terlihat pada ruang gawat darurat atau dirawat di rumah sakit.
Pada awalnya, Tim Boehme berharap menemukan perbedaan risiko terjangkit stroke antara pria dengan wanita.
View this post on InstagramSelamat Hari Raya Imlek bagi Moms yang merayakan. #nakitaid #imlek2019 #hariimlek
Tak hanya itu, mereka juga berharap mendapatkan peredaan risiko terjangkit stroke antara penduduk kota dan pedesaan serta orang kulit hitam dengan orang kulit putih.
Namun hal yang mengejutkan rupanya terlihat dalam penelitian itu.
Mereka justru menemukan risiko stroke setelah berjuang melawan penyakit flu.
Studi lain telah menemukan bahwa risiko stroke meningkat setelah infeksi besar.
Bisa jadi pada orang yang sudah beresiko terkena stroke, satu pemicu flu, kata Boehme.
Tetapi penelitian ini tidak membuktikan bahwa flu menyebabkan risiko stroke meningkat.
Namun tetap saja, pasien perlu dipantau secara ketat setelah terserang flu, kata Dr. Salman Azhar, direktur stroke di Lenox Hill Hospital di New York City.
Playground of Nusa Nipa Sekolah Cikal, Gaungkan Pentingnya Jaga Harmoni antara Alam dan Sesama Makhluk Hidup
Source | : | WebMD |
Penulis | : | Salmaa Awwaabiin |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR