Nakita.id - Cerebral Palsy adalah disabilitas fisik yang memengaruhi gerakan dan postur tubuh.
Cerebral Palsy pada seseorang paling umum terjadi di masa pertumbuhan.
Meski tidak seterkenal autisme, Cerebral Palsy juga merupakan jenis gangguan tumbuh kembang pada Si Kecil.
Baca Juga : Waspada Jika Bayi Mengalami Keterlambatan dalam 4 Hal ini, Bisa Jadi Tanda Cerebral Palsy
Dr. Luh Karunia Wahyuni, SpKFR-K, ketua Kepala Divisi Pediatri Departemen Rehabilitasi Medik RSCM melansir dari Kompas.com mengatakan, Cerebral Palsy merupakan kelumpuhan di otak besar.
Cerebral Palsy umum terjadi pada Si Kecil yang lahir prematur.
Ini disebabkan kemungkinan pembuluh darah ke otak belum berkembang sempurna saat Si Kecil lahir.
Baca Juga : Menangis Saat Dengar Lagu Patah Hati, Luna Maya Memilih Nikmati Rasa Sakit Hatinya, Ini Alasannya
Ada 4 tipe lumpuh otak yang terjadi pada penderita Cerebral Palsy.
Tipe Spastik adalah jenis lumpuh yang terjadi pada otak bagian atas dan paling umum terjadi.
Pada penderita tipe Spastik, otot tubuhnya terlihat kaku dan ketat akibat kerusakan area motorik di otak.
Baca Juga : Jangan Minder, Mengecilkan Betis yang Besar Ternyata Mudah Moms
Ada pula tipe Diskinesia di mana penderita tidak bisa menggerakkan otot-otot tubuhnya karena kerusakan di area Ganglia Basalis di tengah otak.
Si Kecil yang menderita Diskinesia, biasanya akan menunjukkan tanda bagian tubuh seperti lengan atau kaki yang lemah dan tidak bisa dikendalikan.
Baca Juga : Mbak You Sebut Hati Luna Maya Hancur, Denny Darko Bongkar Isi Hati Luna Lewat Tarot
Selain itu ada pula tipe Ataxia yang karakteristiknya adalah gemetar berlebihan.
Tipe Ataxia memengaruhi keseimbangan dan kesadaran posisi dalam ruang yang dikarenakan rusaknya area Cerebellum otak.
Sejumlah anak dengan Cerebral Palsy bisa memiliki 2 tipe motorik yang muncul misalnya seperti Spatik dan Distonia sekaligus.
Baca Juga : Sudah Diet Tapi Belum Langsing Juga? Yuk Coba Konsumsi 5 Buah Ini!
Di Indonesia sendiri penderita Cerebral Palsy cukup banyak dan menyebar tidak hanya di ibu kota.
Sayangnya, kebutuhan para penyandang disabilitas seperti penderita Cerebral Palsy masih belum tercukupi.
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Departemen Pendidikan menyebutkan 70% anak-anak penyandang disabilitas tidak terdaftar di sekolah.
Selain itu para praktisi pendidikan khusus di Indonesia juga banyak yang kurang memenuhi syarat.
Baca Juga : Gaya Glamour Krisdayanti Saat Ikut Bersihkan Sampah di Sungai, Banjir Kritikan Pedas!
"Ada banyak yang harus dilakukan untuk mengurangi keterbatasan pendidikn bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Singapura dan Indonesia," ucap Jean Tan, Direktur Eksekutif Singapore International Foundation (SIF).
Untuk itu, SIF berkolaborasi dengan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta dan Singapore Health Service (SingHealth) meluncurkan proyek kesehatan bersama pada Senin (25/02/2019).
Proyek yang diberi nama Occupational Therapy for Children with Special Needs ini akan berlangsung selama 4 tahun.
Baca Juga : Perencanaan Keluarga dengan KB dan Aktivitas Sehari-hari Bisa Saling Mendukung, Begini Caranya
Tujuannya untuk meningkatkan dukungan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Jakarta.
Selama 4 tahun kedepan, tim Singapore International Volunteer (SIV) akan melatih 50 praktisi special education (SPED) dari YPAC Jakarta.
"Dengan ini, kami yakin bahwa perspektif baru yang diperoleh melalui kemitraan ini akan sangat berharga," tutur Kumala Insiwi Suryo selaku ketua YPAC Jakarta.
Baca Juga : Ini 5 Rahasia Keluarga Kerajaan Inggris untuk Tetap Sehat dan Awet Muda, Moms Bisa Ikuti Juga
Kumala juga menambahkan sektor ini beragam bergantung pada kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu.
Pada akhir proyek, peserta akan mendapatkan pemahaman dalam melaksanakan strategi dasar perilaku untuk anak-anak berkebutuhan khusus seperti autisme dan Cerebral Palsy.
Secara keseluruhan, proyek ini diharapkan memberi manfaat langsung bagi 2000 orang di Indonesia, termasuk pasien dan keluarga, guru, sukarelawan, serta terapis pendukung lainnya.
Baca Juga : Luna Maya Masih Simpan Surat Cinta Reino Barack, Terkuak Alasan Susah Move On dari Mantan
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR