Nakita.id - Dalam berkomunikasi dengan anak, pernahkah Moms melakukan tindakan labelling?
Menurut Psikolog anak Erfianne S. Cicilia, S. Psi, labelling sendiri merupakan suatu tindakan memberikan label atau ciri atas perilaku anak.
Misalnya saja ketika Moms mengatakan bahwa Si Kecil petakilan atau tidak bisa diam, atau lambat saat tengah bersiap ke sekolah.
Baca Juga : Sering Dilakukan Orangtua, #LovingNotLabelling: Ini 6 Alasan untuk Berhenti Melabeli Anak
Perilaku ini tentu memiliki dampak besar terhadap anak dari mulai efek jangka pendek hingga jangka panjang.
Profesor of Equity and Inclusion at the University of Birmingham yang bernama Julie Allan menyoroti labelling pada anak, terutama yang melabel anak memiliki penyakit mental.
Menurut penelitian Julie Allan, terjadi peningkatan pemberian obat dan perawatan mental terhadap anak untuk mengatasi beberapa perilaku yang dipandang menyusahkan.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Awas, Memberikan Julukan 'Gemuk' pada Anak Tingkatkan Risiko Obesitas!
Beberapa perilaku anak yang sebenarnya wajar, seperti tak bisa duduk diam justru digunakan sebagai bukti gangguan mental dan digunakan untuk membenarkan diagnosis resmi.
Fenomena ini menyebabkan adanya peningkatan diagnosa anak-anak dengan kondisi seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dengan perawatan obat seperti stimulan, antipsikotik, dan antidepresan.
Menurut profesor Julie Allan, terlalu cepat mendiagnosis anak dengan penyakit mental bisa berdampak buruk untuk anak.
Hal itu bisa mengaburkan perilaku dan interpretasi lain dari anak-anak serta bisa memengaruhi pertimbangan mengenai pendidikan yang terbaik untuk anak dan sebagainya.
Di Inggris, sekitar 5 persen anak usia sekolah dikatakan menderita ADHD. Pertumbuhan diagnosis gangguan mental tampaknya merupakan fenomena global, dengan perkiraan prevalensi ADHD di seluruh dunia sebesar 5,29 persen dan rata-rata di Eropa sebesar 4,6 persen. Angka jauh lebih tinggi di Australia (11,2 persen),Amerika (11 persen) dan Afrika (8,5 persen).
Baca Juga : Pacar Vanessa Angel Bongkar Isi Chatting yang Membuat VA Ditahan, Bibi:
Keprihatinan profesor Julie terhadap peningkatan diagnosis dini ADHD pada anak juga diakui oleh psikiater kesehatan mental anak, psikolog pendidikan, guru yang memberikan dukungan pendidikan tambahan dan profesional pekerjaan kaum muda di Australia, Inggris dan Skotlandia.
Banyak pihak yang merasa prihatin karena label ADHD paling besar menyasar etnis tertentu, terutama anak-anak dari latar belakang keluarga yang kurang beruntung.
Di Inggris, anak-anak dan remaja yang hidup dalam kondisi yang kurang beruntung empat kali lebih mungkin didiagnosis dengan ADHD.
Julie menyesalkan diagnosis dini terhadap perilaku anak yang disebut mengalami sakit mental karena akan sangat memengaruhi masa depannya.
Di sekolah menengah, nada yang lebih suram muncul untuk mengungkapkan bahwa gangguan perilaku anak yang lebih tua tidak mungkin untuk diselesaikan.
Anak usia muda yang tidak normal secara mental dipandang sebagai menghadirkan bahaya dan risiko bagi para guru dan siswa lainnya.
Langkah-langkah yang diperkenalkan pada tahap ini "paliatif" dan ditujukan untuk mengendalikan kondisi anak muda dan meminimalkan dampaknya.
Tujuan dari kontrol dan penahanan ini adalah untuk melindungi keamanan orang lain dan masyarakat pada umumnya.
Baca Juga : Mantan Petugas Kebersihan, Olivia Colman jadi Aktris Terbaik Oscar 2019! Ini Fakta Lainnya
Di perguruan tinggi dan universitas, psikopatologi dikaitkan dengan siswa bermasalah dengan depresi, dan dengan kepedulian terhadap potensi berbahaya bagi potensi dan kekerasan.
Lalu, apa rekomendasi dari profesor Julie untuk mengatasi diagnosis dini anak menderita penyakit mental?
Julie meminta para orangtua dan guru di sekolah untuk benar-benar mengerti masalah yang sedang dihadapi anak, sehingga apabila orangtua dan guru bisa memahami kondisi anak.
Selain itu, ia menganjurkan kepada orangtua bahwa perilaku anak yang terlalu aktif dijadikan sebuah tantangan yang menarik, bukan ancaman.
Sebab, anak-anak memiliki keragaman yang berbeda, ada yang cenderung diam namun ada juga yang cenderung aktif.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Source | : | |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR