Nakita.id - Bukan mainan mewah, juga sekolah mahal yang dibutuhkan agar anak sukses, melainkan kecerdasan diri yang merupakan modal paling penting untuk masa anak.
Tidak heran, kecerdasan diri menjadi modal paling sukses karena dengan hal ini semua potensi anak akan berkembang.
Dengan kecerdasan diri anak bisa mengenali kekuatan dan kelemahannya, sehingga ia bisa tahu bagaimana melejitkan semua potensinya.
Kecerdasan diri nama lainnya adalah kecerdasan intrapersonal.
Kecerdasan intrapersonal ini bermanfaat untuk menumbuhkan percaya diri anak, juga mampu menumbuhkan kemandirian dalam diri anak kelak.
Menurut psikolog anak Rahmi Dahnan, rasa keakuan akan mendorong anak melakukan berbagai aktivitas pribadinya atau yang dikenal pula dengan sebutan mandiri.
Selanjutnya, dengan akunya itu, ia jadi percaya pada dirinya.
Ujung-ujungnya, si batita tidak ragu mencoba untuk makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu, misal.
Demikian pula ketika mencoba keterampilan lain seperti toilet learning, melepas baju sendiri, serta beragam aktivitas mandiri lainnya.
Tahapan berikutnya, ketika rasa percaya diri dan kemandirian telah terbentuk, dapat dipastikan si batita akan menuju bagian self awareness lainnya, yaitu konsep diri (self concept).
Ini umumnya terjadi di rentang usia 24 bulan ke atas.
Pada waktu ini, anak mulai memahami konsep dirinya sebagai makhluk yang berdiri sendiri.
Baca Juga : Kecerdasan Anak Dipengaruhi Faktor Genetik Moms Atau Dads? Berikut Penjelasan Ilmiahnya!
Dengan didukung oleh perkembangan bahasa si batita yang pesat, memungkinkan bagi dirinya untuk berbicara dan berpikir tentang dirinya sendiri sambil memasukkan deskripsi verbal dari orangtua maupun orang-orang di lingkungan terdekatnya lewat terminologi deskriptif, seperti besar, kecil, lurus, keriting, dan lain-lain.
Selain juga mulai mampu mengevaluasi dengan mengucapkan kata-kata cantik, bagus, jelek, dan lain-lain.
Nah, pada masa ini, penting bagi orangtua untuk memberikan pengakuan/penghargaan kepada sosok atau fisik anaknya sekaligus memberinya kesempatan bersosialisasi.
Mengapa? Dengan bersosialisasi si batita akan membangun kesadaran dirinya berbeda dari temannya. “Rambutku lurus, rambut Kakak keriting.”; “Kulitku cokelat, kulit Mama putih.”; dan sebagainya.
Inti semua ini, rasa keakuan serta penghargaan pada konsep diri batita akan membantu anak membentuk kesadaran (aware) yang baik pada dirinya.
Di kemudian hari anak akan menghargai tubuh serta jati dirinya sendiri yang kemudian mendorongnya untuk menghargai keberadaan orang lain.
Baca Juga : Kecerdasan Anak Dipengaruhi Faktor Genetik Moms Atau Dads? Berikut Penjelasan Ilmiahnya!
KECERDASAN DIRI, JANGAN SAMPAI TERLEWAT UNTUK DISTIMULASI
Kecerdasan diri atau kecerdasan intrapersonal jangan sampai terlewat untuk distimulasi di usia batita.
Mengingat, pentingnya periode mengenal keakuan di usia batita ini, maka jangan sampai terlewatkan tanpa stimulasi yang terarah.
Dikhawatirkan, anak akan mengalami kerancuan persepsi tentang diri, ketidakyakinan akan kemampuannya, atau bahkan kemampuannya/keterampilannya menjadi tidak berkembang dengan baik.
Dampak lebih lanjut, akan memengaruhi kemandiriannya kelak.
Salah satu contoh sederhana yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika orangtua tidak memberikan pujian atau jawaban yang mampu menumbuhkan kebanggaan anak akan dirinya ketika ia mulai membandingkan dirinya dengan orang lain.
“Mama, rambutku panjang? Kok, beda dengan rambut Rina?”
Namun, mamanya yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu, tidak memberikan penjelasan yang memuaskan.
Baca Juga : 7 Ide Kegiatan Seru yang Asah Kecerdasan Anak dan Bikin Betah di Rumah
Mamanya hanya menjawab pendek, “Iya.” Padahal bila pertanyaan semacam ini terus terulang dan terabaikan, maka bisa saja dalam diri si anak tidak tumbuh kesadaran akan dirinya.
Anak tidak bangga dengan rambut miliknya dan tentu dirinya sendiri karena tidak ada pengakuan dari orangtuanya langsung.
Itulah mengapa, ketika memasuki rentang usia yang memunculkan keakuan, batita perlu diberikan kepercayaan mengeksplorasi lebih banyak lingkungan sekitarnya.
Disarankan, pengasuh mulai tidak banyak dilibatkan sehingga anak dapat lebih mengembangkan kemandiriannya.
Jangan lupa pula, setiap kemajuan yang dicapai oleh si batita, orangtua diharapkan memberikan respons positif berupa penghargaan atau pengakuan.
Source | : | nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR