Nakita.id - Sudah tiga minggu lebih Syahrini dan Reino Barack membangun biduk rumah tangga, sejak menikah pada 27 Februari 2019 di Jepang.
Syahrini dan Reino Barack pun masih mencoba untuk saling memahami kehidupan masing-masing di tahap awal pernikahan.
Syahrini sendiri mengakui masih proses beradaptasi hidup dan tinggal bersama satu atap dengan Reino Barack.
Baca Juga : Turunkan Berat Badan Sekaligus Cegah Batu Ginjal, Yuk Minum Jus Batang Pisang!
Ia pun mulai mengungkapkan perbedaan karakternya dengan Reino Barack di dalam rumah tangga.
Syahrini menceritakan kontrasnya sifat dan karakternya dengan Reino Barack sebagai pasangan suami istri.
Dalam jumpa pers beberapa waktu lalu, Syahrini menyoroti sikap suaminya yang sangat tepat waktu, mengingat Reino Barack adalah pria keturunan Jepang.
"Suami aku manly sekali, jadi begitu terdidik dengan tata krama cukup sangat kental adat Jepangnya, dan hari-hari pun kedisiplinan dia tampak, seperti dia sangat on-time," tutur Syahrini.
"Meeting dengan siapa pun lebih baik suami yang nunggu, beliau ini orang yang betul-betul concern terhadap waktu," imbuhnya.
Syahrini juga menyebutkan kalaus suaminya bisa marah ketika tidak tepat waktu.
Baca Juga : Resep Buka Puasa Sederhana : Jus Kurma
"Kalau udah telat itu, badan saya udah nggak enak," sambung Reino.
Melansir dari Intisari.id, ternyata kebiasaan tepat waktu orang Jepang memang sudah diterapkan sejak dulu dan selalu diturunkan kepada keturunan mereka.
Kebiasaan on-time orang Jepang berawal dari sejarah mereka sebagai negara yang tidak begitu menghargai waktu.
Baca Juga : Elly Sugigi Kerap Dicemburui Oleh Istri Mantan Suami Ketiganya, Ini Alasannya
Hingga kemudian di masa Restorasi Meiji (1868-1912), Kaisar Meiji menghapus sistem feodal, menerapkan reformasi militer dan indutrialisasi, di mana ketepatan waktu menjadi kunci utama.
Budaya tepat waktu pun dianggap menjadi kunci kemajuan Jepang dari negeri agraris menjadi masyarakat industri.
Sekolah, perusahaan, dan jaringan kereta api, di mana ketepatan waktu diberlakukan ketat, menjadi institusi yang menjadi ujung tombak perubahan budaya ini.
Baca Juga : Nama Anaknya Viral dan Jadi Perdebatan, Ibu 'Syahreina Luna Barack' Minta Maaf
Di masa inilah, jam tangan menjadi benda populer dan konsep 24 jam sehari menjadi hal yang familiar bagi warga biasa.
Di atas semua itu, menurut peneliti Ichiro Oda, saat itulah warga Jepang menyadari konsep "waktu adalah uang".
Sejak saat itulah, ketepatan waktu dikaitkan dengan produktivitas di perusahaan dan organisasi.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | YouTube,intisari |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR