Nakita.id - Anak-anak dan kenakalan adalah dua hal yang sulit dipisahkan.
Namanya anak, ia sering mencoba-coba sesuatu, yang sayangnya kadang ujicoba itu berujung pada kegagalan, berantakan, bahkan kerusakan.
Dalam kondisi ini, orangtua banyak yang memberikan label pada anak seperti nakal, tak bisa diam, trouble maker, dan lain-lain.
Atau, boleh jadi anak masih coba-coba, misal, saat ia diberi kepercayaan untuk memberi barang di warung, lalu ia tidak mengembalikan uang kembalian. Karena dibiarkan, sangat mungkin anak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan.
Baca Juga : #LovingNotLabelling 4 Alasan Jangan Beri Label Anak, Agar Sifat Buruk Tak Dibawa Sampai Dewasa
Akibatnya, berbagai negatif pun boleh jadi meluncur seperti tukang tilep, pembohong, dan lain-lain.
Ada banyak lagi kenakalan anak yang sayangnya sering berujung dengan pelabelan.
Padahal seperti diungkapkan pengamat parenting dan penulis buku parenting Nina Garcia, apa pun perilaku buruk anak, tidak selayaknya mendapatkan pelabelan. Sekalipun perilaku itu benar-benar atau sering kali terjadi.
Sebab, boleh jadi label-label itu membuat anak terbuai.
Bukannya berubah, anak justru merasa dengan apa yang dilabelkan.
Akibatnya, orangtua lebih sulit untuk mengoreksinya.
Selain itu, memberi label pada anak-anak akan membuat mereka sulit menunjukkan empati dengan apa yang dihadapi anak.
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Source | : | sleepingshouldbeeasy.com |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR