Nakita.id - Saat ini kasus bullying yang menimpa salah satu siswi SMP di Pontianak menjadi perhatian seluruh masyarakat.
Hal ini lantaran ia diduga sebagai korban penganiayaan oleh anak SMA yang berada di kota yang sama.
Korban yang bernama Audrey diduga dikeroyok lantaran masalah pribadi.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
"Oleh salah seorang pelaku, wajah korban disiram dengan air. Rambutnya ditarik dari belakang. Lalu dia terjatuh ke aspal," kata Husni, di Mapolresta Pontianak, Selasa (9/4/2019) yang dikutip dari Tribun Timur.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah siswi SMA nekat mengeroyok seorang pelajar SMP hanya karena komentar di Facebook.
Akibatnya, korban dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan di bagian kepala dan dada di Unit Radiologi Rumah Sakit Mitra Medika pada Senin (8/4/2019).
Baca Juga : Ajarkan Anak Mandiri, Ini Lima Hal Perlu Dihindari Moms dan Dads
Berkaca dari peristiwa miris tersebut, tentu saja para orangtua menjadi khawatir dengan buah hati mereka.
Pasalnya kasus bullying tak hanya terjadi sekali ini saja.
Baca Juga : Viral Petisi #JusticeForAudrey, Hotman Paris Geram dan Janji Akan Bantu Tuntaskan Masalah
Namun, kasus ini seperti sudah marak dan menjadi rahasia umum di berbagai kalangan.
Tak ayal orang tua juga mewanti-wanti agar anaknya tak menjadi pelaku bullying.
Karena pada kasus bullying, tak hanya korban saja yang menjadi sorotan, namun pelakunya juga akan menjadi sorotan.
Lalu bagaimana ya Moms agar anak-anak tidak menjadi pelaku bullying?
Menurut Fabiola Priscillia S., M.Psi., dalam tabloid Nakita Edisi 462, memulai pertemanan dengan kelompok tertentu biasanya dimulai ketika anak menginjak usia 3 tahun.
Biasanya anak mendapatkan teman sekelompok berdasarkan minat atau gender.
Baca Juga : Jadi Pengusaha Furniture Kelas Kakap, Suami Momo Geisha Hanyutkan Ari-ari Bayi Pertamanya di Laut Singapura
Meniru perilaku buruk pada teman sekelompok menjadi hal penting yang perlu Ibu ketahui.
Misalnya ketika anak mulai berlaku kasar atau berbicara kotor, ada baiknya Ibu mulai melakukan intervensi.
Bukan berarti Ibu perlu melarangnya untuk berteman.
Di sinilah peran orangtua untuk memberikan pengertian kepada anak mana yang baik dan tidak.
Anak yang sudah diberi nilai dan pengetahuan tersebut, cenderung tidak akan terpengaruh.
Lingkungan rumah yang mendukung dan ikut memberi contoh juga membuat anak semakin paham mana yang harus mereka lakukan dengan benar.
Baca Juga : Kriss Hatta Resmi Ditahan dan Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara, Ramalan Mbah Mijan Kembali Terbukti?
Selain dari teman sekitarnya, perilaku bullying tentu bisa datang dari pribadi anak itu sendiri.
"Kebutuhan anak di rumah yang tak terpenuhi biasanya dicari di luar rumah.
Maka, anak cenderung akan memaksa mendapatkan apa yang ia tidak dapatkan," ujar Karmila Wardana, M.Psi., dalam tabloid Nakita Edisi 507.
Pemaksaan ini akhirnya membuat anak akan dijauhi oleh teman sebayanya.
Baca Juga : Moms, Kenali Lendir Hidung Si Kecil Bedakan Pilek dan Alergi
Kondisi ini nantinya akan memperburuk keadaan karena si kecil akan mencari perhatian dengan menjadi pelaku bullying pada teman sekitarnya.
Maka itu perlunya kita sebagai orangtua mulai menanamkan nilai pada Si Kecil agar kelak ia tak terpengaruh jadi pelaku bullying.
Source | : | Tribun Timur,Nakita.id |
Penulis | : | Salmaa Awwaabiin |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR