Nakita.id - Tahukah Moms, saat ini bumi kita berada dalam keadaan mengkhawatirkan?
Isu permasalahan lingkungan kerap digaungkan, melihat kondisi bumi saat ini mengancam begitu banyak spesies.
Seperti yang diungkapkan oleh CEO WWF Indonesia, Rizal Malik, saat ini kerusakan lingkungan mengakibatkan satu juta spesies menuju kepunahan.
Baca Juga: Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Melansir dari Nakita.id, keanekaragaman hayati semakin berkurang di bumi, dampak dari tindakan manusia yang tak bertanggung jawab dalam memanfaatkan alam.
Sayangnya, menurut data yang dihimpun peneliti, masyarakat Indonesia sendiri malah masih enggan mempercayai tindakan kita dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Melalui siaran pers dari acara konsorsium proyek "Local Harvest: Promoting Sustainable and Equitable Consumption and Locak Food Systems in Indonesia", terungkap jika kebutuhan pangan kita pun jadi faktor kerusakan lingkungan.
Baca Juga: Jangan Kaget Moms, Ini yang Bisa Bayi Lihat di Awal Kehidupannya
Tak hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia, penduduk yang kian bertambah juga mendorong kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
Menurut Direktur Kebijakan dan Advokasi WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, sektor pertanian yang berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu penyebab kepunahan spesies secara global.
Ini bisa jadi masalah pelik, pasalnya ketika banyak spesies punah tak hanya lingkungan tidak seimbang, tetapi juga memengaruhi kualitas dan kuantitas produksi bahan makanan.
Laporan penelitian juga menyebutkan semakin sedikit jenis spesies tumbuhan dan hewan yang dipelihara untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Oleh karena itu, lima lembaga, yakni Hivos, WWF Indonesia, NTFP-EP, ASPPUK dan AMAN, meluncurkan kampanye "Pangan Bijak Nusantara".
"Kampanye ini akan mendukung berbagai upaya lainnya yang dilakukan konsorsium melalui advokasi kebijakan dan mendorong praktik produksi pangan lokal yang menghargai aspek-aspek kesehatan, keadilan ekonomi dan kelestarian lingkungan," jelas Direktur Regional Hivos Asia Tenggara, Biranchi Upadhyaya.
Baca Juga: Perhatikan! Beberapa Skincare Ini Berbahaya Bila Digunakan Bersamaan
Kampanye ini mengusung tujuh produk utama sebagai contoh produk pangan bijak, yaitu beras Adan Krayan dari Krayan, garam krosok dari Rembang, minyak kelapa Nias, gula semut aren Kolaka, madu hutan Danau Sentarum, kopi dari Toraja, dan sagu dari Sungai Tohor.
Produk-produk ini dipilih karena dihasilkan dari sistem pertanian tradisional tetapi tetap efisien dan menjunjung prinsip pertanian berkelanjutan serta adil.
Baca Juga: Ngeri! Seorang Pria Alami Kelumpuhan karena Tersengat Hewan Kecil Ini di Tempat Kerja
Walau menggunakan cara tradisional, produk-produk ini terbukti berkualitas tinggi dan memberikan keuntungan tak hanya bagi petani, tetapi juga lingkungan.
Sistem pertainan inilah yang diharapkan dapat didokumentasikan, didukung, dan diperkenalkan khususnya pada masyarakat urban.
Diharapkan kampanye ini akan mendorong para konsumen meminta produk pangan bebas bahan kimia berbahaya, serta memilih produk yang berkontribusi bagi kesejahteraan petani.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR