Nakita.id - Jika anak tak memiliki teman dan sulit bergaul, Moms mesti memerhatikannya dengan jeli.
Mungkin saja, tanpa disadari Si Kecil mengalami ketakutan untuk menjalin hubungan dengan dunia luar alias fobia sosial.
Anak yang memiliki fobia sosial biasanya pernah alami kekerasan sebelumnya, sehingga ia masih mengalami trauma.
Tak mudah memang menghadapi anak yang fobia sosial, tapi sebagai orangtua kita tetap harus membantunya untuk keluar dari ketakutannya tersebut.
Perlu dipahami bahwa fobia sosial berbeda dengan pemalu.
Pemalu tidak menyebabkan anak mengalami masalah ketika berinteraksi sosial.
Anak-anak yang pemalu, memiliki teman dan lingkungan sosial yang menyenangkan baginya.
Biasanya, anak yang pemalu hanya perlu waktu lebih lama untuk beradaptasi, tapi tetap bisa membangun interaksi sosial yang baik.
Berbeda dengan fobia sosial, anak memiliki ketakutan dalam berinteraksi sosial atau menjadi pusat perhatian.
Anak yang fobia sosial, layaknya gangguan fobia lainnya, memiliki ketakutan berlebihan dalam menghadapi situasi-situasi sosial terutama ketika ia menjadi pusat perhatian.
Beberapa tanda bahwa anak mengalami fobia sosial di antaranya:
1. Menarik diri dari pergaulan.
2. Kesulitan menghadapi pertemuan dengan teman lain atau masuk ke dalam kelompok.
3. Pada anak-anak seringkali kecemasan terhadap situasi sosial ini ditunjukkan dengan sikap tantrum atau mengamuk, menangis, membeku, atau tidak sanggup berbicara.
4. Memiliki jumlah teman yang sangat terbatas
5. Menghindari situasi sosial, terutama yang menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian seperti berbicara di depan kelas, menjawab telepon, menjawab pertanyaan di kelas.
Anak-anak dengan fobia sosial dapat mengalami stress yang cukup berat dan seringkali memberikan dampak negatif terhadap akademis, hubungan sosial, dan kepercayaan dirinya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Jangan Sebut Anak Penakut, Begini Cara Mengatasi Ketakutan Si Kecil pada Gelap
Selain mengandalkan ahli seperti psikolog untuk mengatasi masalah ini, kita juga bisa membantunya keluar dari fobia sosial yang dialaminya, seperti:
1. Berikan penjelasan
Biasanya anak tahu situasi-situasi apa yang menyebabkan ia merasa sangat cemas dan takut.
Namun, ia tidak paham mengapa ia merasa sangat cemas.
Nah, orangtua perlu memberitahukan anak bahwa ia bisa menceritakan kecemasannya tersebut pada kita.
Berikan pengertian juga bahwa merasa cemas itu wajar dan setiap orang pernah mengalaminya.
Jelaskan padanya bahwa yang perlu dilakukan adalah menghadapi kecemasan itu perlahan dan bersama-sama.
Katakan Moms akan selalu mendampinginya.
2. Jangan sebut anak pemalu atau penakut
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Mengatasi Si Kecil dengan ADHD Tanpa Memberikan Label, Catat Moms!
Anak yang fobia sosial justru akan merasa semakin tertekan jika mendapat label yang negatif.
Selain itu, lama-kelamaan ia akan mempercayai label yang diterimanya sehingga dia tidak akan berusaha untuk menghilangkan ketakutannya.
Jika ada orang yang melabelinya sebagai pemalu atau penakut, katakan bahwa sebenarnya ia mudah bergaul jika sudah kenal dengan baik dengan orang tersebut.
Hal ini dapat membangun kepercayaan dirinya di depan orang lain.
3. Tanamkan pikiran positif
Anak dengan fobia sosial sering berpikir berlebihan dan berpikir bahwa ia akan ditertawakan, dicemooh, dan dihina oleh orang lain.
Maka itu, Moms mesti menanamkan berbagai pikiran positif.
Contohnya, jika ia takut teman-teman akan menertawakannya ketika berbicara di depan kelas, tanyakan kenapa ia berpikiran seperti itu.
Jelaskan bahwa mereka tidak bermaksud mencemooh, tapi bisa saja mereka senang dan menyukai apa yang dibicarakannya di depan kelas
4. Ajak anak belajar untuk bergaul
Perkenalkan cara-cara untuk bergaul kepada anak dengan cara bermain peran.
Contohnya bagaimana menyapa, bagaimana ikut bergabung atapun keluar dari kelompok, memulai pembicaraan, mendengarkan dan bagaimana merespon cerita teman lain, serta bertanya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling Biasa Dilakukan, 4 Perilaku Orangtua Ini Bisa Rusak Psikologis Anak
Ajak anak untuk mempraktikkannya dimulai dari keluarga seperti sepupu sebayanya.
5. Hindari memaksa anak
Jika Moms menemani anak di sekolah atau situasi sosial lainnya, hindari mendorong dan memaksa anak untuk berbicara dengan orang lain.
Gunakan cara yang lebih baik misalnya dengan mengajaknya berdiskusi apakah ia mau terlibat dalam pembicaraan temannya.
Jika anak setuju, yakinkan ia bisa dengan menerapkan teknik bergaul yang sudah diajarkan.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Source | : | raisingchildren.net.au |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR