Nakita.id - Meyusui merupakan salah satu aktivitas yang cukup sulit, untuk itu perlu adanya panduan pemberian ASI 7 bulan.
Bagi Moms yang memiliki anak berusia 7 bulan, Moms perlu tahu panduan pemberian ASI 7 bulan.
Bayi di usia ini pun sudah bisa mendapatkan asupan selain ASI, sehingga panduan pemberian ASI 7 bulan perlu diterapkan agar seimbang.
Baca Juga: Berikan Perlindungan Alami Saat Puasa, Si Kecil Sehat dan Orangtua Pun Tenang
Panduan pemberian ASI 7 bulan perlu Moms ketahui agar tidak salah saat memberikan asupan gizi pada bayi.
Moms mungkin juga perlu tahu berapa jumlah ASI yang harus diberikan.
Juga berapa lama Moms harus menyusui Si Kecil.
Apakah bayi sudah merasa cukup lama diberi ASI dan sudahkah Si Kecil kenyang.
Sehingga Moms perlu mengenali apa saja tanda bayi sudah cukup minum ASI atau menyusu.
Mengutip dari Kompas.com, warna kulit yang baik, dan berat badan yang bertambah, adalah tanda bahwa seorang bayi tumbuh subur.
Hal ini bisa dilihat dari hasil buangan atau BAB bayi, Moms.
Hasil buangan bayi juga bisa menjadi petunjuk terbesar seberapa banyak ASI yang sudah dikonsumsinya.
Normal untuk bayi BAB beberapa kali sehari selama mingu-minggu pertama.
Justru hal ini bisa jadi pertanda bahwa bayi sudah mendapat cukup ASI.
Bentuk fesesnya juga sangat cair, sehingga mudah terserap ke popok sekali pakai yang digunakannya.
Warna fesesnya akan berubah-ubah dari hitam, ke hijau kehitaman, ke kuning cenderung oranye.
Ketika menyusui pada masa-masa awal kelahiran bayi, mungkin Moms akan melihat Si Kecil menyusu dengan penuh semangat saat ASI mulai keluar.
Refleks pengeluaran ASI adalah respons otak terhadap isapan bayi, yang menyebabkan sel-sel produksi susu berkontraksi dan mendorong susu ke salurannya.
Kebanyakan bayi yang menyusu ASI akan diberi 8 - 12 kali dalam 24 jam.
Biasanya bayi memiliki kebutuhan menyusu pada satu waktu dalam sehari (pagi atau malam), namun bayi yang baru lahir cenderung ingin menyusu setiap satu atau dua jam dalam 24 jam.
Baca Juga: Melahirkan Anak Pertama, Tengok Mewahnya Kamar Rawat Istri Eza Gionino
Bagi bayi, menyusu tak hanya memuaskan rasa laparnya, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kedekatan dengan sang ibu.
Saat bayi menyusu, ia akan melepaskan hormon cholecystokinin (CCK), yang membuatnya mengantuk.
Menariknya, Moms juga akan melepaskan hormon ini, dan membuat ikut mengantuk.
Moms juga akan melihat perubahan pada pola menyusu si bayi, dari mengisapnya dengan cepat hingga menyedot kuat dan lama.
Usai menyusu, bayi biasanya tertidur dan mengalami jeda yang panjang antara keinginan menyusu yang berikutnya.
Ketika sudah kenyang, biasanya bayi akan melepaskan puting payudara dengan sendirinya.
Setelah jeda beberapa saat, sesudah ia bersendawa, diganti popoknya, dan bangun sebentar, Anda bisa menyusuinya pada payudara yang lain.
Komposisi ASI juga cenderung berubah selama menyusui.
Saat pertama dikeluarkan, kebanyakan berupa air dan laktosa, yang penting untuk perkembangan otak.
Menjelang akhir menyusui, susu lebih banyak mengandung lemak.
Baca Juga: Eza Gionino Dikaruniai Anak Pertama, Tengok Potret Cantik Sang Putri dan Namanya yang Indah
Namun karena tidak ada waktu yang tetap kapan perubahan komposisi itu terjadi, sebaiknya Moms tidak membatasi waktu menyusui.
Moms perlu memandang perkembangan dan kondisinya secara keseluruhan, bukan sekadar mengkhawatirkan pertambahan berat badannya.
Jika bayi lesu, mengantuk, berat badannya tidak bertambah, dan tidak memiliki gerak usus yang teratur, kemungkinan ia belum mendapatkan cukup ASI.
Pada usia bayi menuju 12 bulan, kebutuhan ASI bayi terus meningkat.
Pemberian ASI bisa dilakukan 4-6 kali sehari. Takaran pemberian ASI di usia ini biasanya sebanyak 900-960 ml.
Atasi kondisi ini dengan memastikan bahwa Si Kecil menyusu secara teratur dan memperbaiki posisinya saat menyusu.
Moms juga bisa mengkombinasikannya dengan MPASI yang sesuai dengan usianya.
Baca Juga: Sandra Dewi Terlihat Langsing Meski Hamil 8 Bulan, Ini Alasannya Ibu Hamil Bisa Tetap Langsing
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR