Nakita.id - Menjadi salah satu pemenang ajang pencarian bakat tidak memastikan seseorang akan hidup mudah nantinya.
Kebanyakan orang pasti sering memiliki pemikiran seperti itu.
Namun nyatanya, pekerjaan tersebut bukanlah hal yang mudah untuk kebanyakan artis.
Nasib kurang beruntung ini lah yang menimpa salah satu penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Akademi Fantasi Indosiar (AFI) pertama, Veri.
Menyabet juara 1 di Akademi Fantasi Indosiar, Veri tentu menjadi idola baru dan pastinya memiliki pendapatan yang tak bisa dibilang sedikit.
Acara AFI ini mengantarkan Veri, seorang anak tukang becak dari Medan untuk menuju puncak popularitas.
Di awal-awal kontes ini, penampilan Veri tampak lugu dengan kostum-kostum lengan panjang dan rambut cepak.
Usai menjuarai ajang ini, Veri mendapat kontrak eksklusif selama tiga tahun dari Indonesia.
Veri pun mempunyai dua single lagu yang diberi judul 'Selamanya' bergenre pop dan 'Selayang Pandang' yang berirama Melayu.
Selain itu, dia hanya bermain di beberapa FTV dan sinetron Menuju Puncak yang melibatkan 12 finalis AFI 1.
Namun, beberapa tahun setelahnya, Veri sudah mulai sepi job.
Bersama sang manajer dan teman selama di AFI, Veri memutuskan untuk berbisnis kuliner.
Veri akhirnya membuka warung tomyam di kawasan Ciledug yang kini sudah ditutupnya.
Tidak menyerah dalam hal bisnis, Veri pun kembali berjualan makanan.
Sekarang ini sambil mengisi waktu sambil menunggu tawaran bernyanyi, kini Veri mencoba berjualan nasi liwet.
Sekarang ini, Veri mencoba kembali peruntungannya di dunia entertainment dengan bergabung ke dalam grup vokal bernama Indivo.
Ia pun mempromosikan acara tersebut melalui akun Instagramnya.
Bahkan, dirinya pernah tampil kembali di panggung Indosiar dalam konser Luar Biasa Indosiar 2Gether 4Ever pada Januari 2019 lalu bersama 2 jebolan AFI lainnya, yakni Tia AFI dan Micky AFI.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | nova.id |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR