Nakita.id - Pemberian label pada anak-anak sama saja dengan merusak hidup dan masa depan mereka.
Bicara soal label, banyak buku anak yang terbilang menyenangkan dengan cerita dan fantasinya.
Sebut saja cerita 'Winnie the Pooh' yang disukai anak-anak hingga dewasa.
Cerita 'Winnie the Pooh' yang tak lekang oleh waktu ini mengisahkan sejumlah tokoh yang punya karakter kuat.
Piglet yang pemalu dan penakut, Tiger yang ceria dan bersemangat, serta Rabbit yang merasa berkuasa.
Tapi di sisi lain, tokoh tersebut punya masalah emosional, yakni Piglet yang punya kecemasan, Tiger yang haus perhatian, serta Pooh yang punya gangguan makan.
Berbeda dari cerita buku, di kehidupan nyata bila anak memiliki salah satu sikap dominan itu, mereka akan mudah mendapatkan label dari orang lain.
Anak-anak tidak akan dianggap 'normal' karena punya kecenderungan sikap aktif maupun pasif.
Padahal yang perlu kita tahu, anak-anak punya sifat unik mereka masing-masing yang akan menguatkan karakter.
"Aku tahu betapa mengkhawatirkannya jika seorang anak tidak masuk dalam batas 'normal' masyarakat, anakku didiagnosa punya disleksia karena kesulitan menulis di sekolah," cerita seorang ibu seperti dilansir Vancouversun.com.
"Pihak sekolah memintaku mengajarinya menulis saat di rumah, dan itu mulai jadi awal masalah kami," sambungnya.
Belajar dari hal ini, ibu tersebut tidak ingin menerima diagnosis dari sekolah karena sadar hal itu akan melabeli sang anak dan menghantuinya hingga dewasa nanti.
"Karena merasa tidak nyaman, aku menemui psikolog anak dan mencari solusi akan hal ini," kata ibu tersebut.
"Psikolog bilang untuk mencari kelebihan lain dari anakku, contohnya adalah dengan memancing kreativitas lain ketimbang berfokus pada sisi akademisnya," sambungnya.
Hal ini pun menjadi titik awal untuk coba menggali pontensi anak ketimbang melabelinya 'kurang baik' dalam sisi akademik.
"Daripada menyuruh anak belajar menulis, aku memasukkan dia ke les seni, melukis, serta kerajinan tangan, dan hasilnya luar biasa," ungkapnya.
Setelah mencoba mencari fokus lain yang digemari anak, tak hanya berhasil menemukan bakatnya, tapi kemampuan akademiknya juga dimungkinkan meningkat.
Mengalihkan perhatian untuk ke hal-hal berbau spiritual bukan berarti mengabaikan atau lari dari masalah.
Justru hal itu akan membuat kita melihat lebih jelas bakat Si Kecil dan mengapus semua label negatif pada diri mereka.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | vancouversun.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR