Nakita.id - Kanker, penyakit ini menjadi momok yang semakin sering terdengar menggerogoti kesehatan.
Belakangan Moms dan Dads mungkin masih ingat, beberapa nama public figure yang meninggal setelah melawan penyakit mematikan ini.
Antara lain Ustaz Arifin Ilham, mantan ibu negara Ani Yudhoyono, serta Humas BNPB Sutopo Purwo.
Di Indonesia, kanker memang penyakit mematikan yang penderitanya bertambah tiap tahunnya.
Siaran pers dari Cancer Information & Support Center (CISC) memuat jika dalam setahun penderita kanker di Indonesia bertambah hingga 348.809 orang.
Data yang didapat dari Globocan 2018 itu juga menampilkan angka kematian tinggi akibat kanker di Indonesia.
Sekitar 207.000 jiwa atau setengahnya tak bisa tertolong dari keseluruhan kasus kanker baru per tahunnya.
Tentunya hal ini mengkhawatirkan, apalagi menurut Ahli Penyakit Dalam dan Onkologi, dr. Ronald Hukom, MHSc, SpPD KHOM, FINAISM, kanker termasuk penyakit katastropik, atau juga memicu kemiskinan.
Ketua Umum CISC, Aryanthi Baramuli Putri, juga menambahkan kebanyakan pasien kanker datang ke rumah sakit setelah kondisinya berada di stadium tinggi.
Di Indonesia, penderita kanker baru datang ke rumah sakit saat mereka telah derita kanker stadium 4.
Baca Juga: Hanya karena Minum Bubble Tea, Gadis Ini Langsung Kehilangan Nyawa, Ini Kronologisnya!
Sekitar 70 persen di antaranya meninggal setahun setelah didiagnosa, dan 30 persen lainnya bangkrut atau jatuh miskin.
Kondisi mengkhawatirkan ini tentunya perlu jadi perhatian.
Penanganan kanker di Indonesia sendiri sebenarnya berusaha difokuskan pada pencegahan.
Risiko kanker, oleh karena itu, tentunya perlu kita waspadai.
Tanpa sadar faktor-faktor pemicu kanker jadi penyakit yang bisa merenggut nyawa kita berada begitu dekat dengan keseharian, lo.
Kurang lebih ada 8 hal yang menyebabkan 50 persen kasus kanker yang berakhir dengan kematian, yakni:
- penggunaan tembakau
- bakteri lambung H. pylori
- alkohol
- Hepatitis A/B
- kurangnya makan buah dan sayur
- HPV (human papillomavirus)
- kurang gerak
- kelebihan berat badan atau obesitas
Penyebab-penyebab ini, menurut Dokter Ronald, lekat dengan keseharian kita.
Misalnya kurang makan buah dan sayur serta gerak tubuh kian berkurang di kehidupan kita sehari-hari.
Namun penyebab paling tinggi memang masih diakibatkan tembakau, baik konsumsi aktif maupun pasif.
"Kalau dilihat di negara low income (berpendapatan rendah), tobacco use (penggunaan tembakau) itu dibandingkan penyebab lainnya masih jadi penyebab paling tinggi," jelas Dokter Ronald, dalam Media Briefing bersama CISC di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Memang lebih baik mencegah daripada mengobati, waspadai penyebab-penyebab ini yuk, Moms!
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR