Nakita.id - Pernah mendengar istilah bubble boy disease, Moms?
Bagi yang belum pernah mendengar istilah ini mungkin akan menyangka bahwa bubble boy disease merupakan sebuah makanan atau mainan bayi.
Baca Juga: Catat! Ini Cara agar Jajanan Si Kecil Bisa Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Walau namanya terdengar menggemaskan, bubble boy disease ini ternyata sebuah penyakit yang perlu diwaspadai.
Selain bubble boy disease istilah ini juga dikenal dengan Severe Combined Immunodeficiency (SCID).
Namun sebenarnya bubble boy disease adalah penyakit pada sistem kekebalan tubuh, yang mengharuskan si penderita hidup dalam isolasi atau gelembung steril.
Baca Juga: Musim Banyak Orang Sakit, Pacu Kekebalan Tubuh Anak dengan Meniran
Sebab seorang anak yang lahir dengan SCID tidak dapat melawan infeksi seperti anak normal pada umumnya karena sistem kekebalan tubuhnya yang tak berfungsi dengan baik.
Oleh karena itulah mereka diharuskan hidup di “gelembung steril” agar tidak bersentuhan dengan kuman.
Baca Juga: Ini Resep MPASI Usia 7 Bulan Untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh!
Dilansir dari Health.com, bubble boy disease ini disebabkan oleh mutasi pada kromoson X yang disebut juga dengan IL2RG.
IL2RG mencegah sel-sel berkembang dan berfungsi secara normal.
Baca Juga: Inilah Cara-cara Deteksi Kelainan Kromosom Janin Saat Kehamilan
Biasanya bubble boy disease lebih sering terjadi pada anak laki-laki dengan gejala yang beragam.
Seperti adanya ruam popok yang tak bisa sembuh pada bayi umur 3 bulan, diare kronis, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan berat badan.
Baca Juga: Bayi Meninggal Akibat Ruam Popok, Lakukan Hal Ini Untuk Menghindarinya
Beberapa anak mungkin akan mengalami batuk parah yang disertai dengan pneumonia, kelainan darah atau hepatitis.
Selain “hidup” di gelembung steril, penanganan yang bisa dilakukan untuk penderita bubble boy disease adalah dengan terapi gen yang berfungsi untuk merekontruksi sistem kekebalan tubuh.
Jika Si Kecil mengalami gejala bubble boy disease diatas sebaiknya Moms segera konsultasikan pada dokter.
Baca Juga: Riset: Terapi Gen yang Bisa
Source | : | medicinenet.com,health.com |
Penulis | : | Yolla Octarina |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR