Nakita.id - Seorang janda tetaplah manusia yang berhak mendapatkan haknya untuk bahagia.
Namun tidak dengan para janda di India, masih banyak janda yang merasa malu bahkan diasingkan.
'Kota janda', begitulah sebutan yang bisa menggambarkan kota misterius yang menjadi tempat pembuangan banyak perempuan.
Baca Juga: Sempat Kabur dari Rumah, Salmafina Nangis Ungkap Uneg-Unegnya pada Sunan Kalijaga
Para perempuan ini dibuang keluarganya setelah kematian suami mereka, janda-janda ini dianggap terkutuk.
Tidak ada yang sanggup menghitung jumlah janda di Vrindavan, kota di selatan New Delhi, India.
Meskipun begitu, diperkirakan ada 15 ribu janda yang hidup di sana.
Baca Juga: PERINGATAN! Daerah Ini Berpotensi Diterjang Gelombang Tinggi, BMKG:
Mereka diasingkan oleh keluarganya agar tidak mendapat warisan. Para janda ini dianggap sebagai ‘penghisap uang’ dan ‘nasib buruk’.
Beberapa janda ditinggalkan di jalan oleh anggota keluarganya.
Sementara yang lainnya, datang ke Vrindavan dengan kemauannya sendiri–menggunakan bus dan kereta.
Para janda ini berharap bisa beribadah dan menemukan sahabat di sana.
Meskipun begitu, butuh perjuangan untuk bertahan hidup setiap harinya di Vrindavan.
Baca Juga: Vicky Prasetyo Mati Kutu Saat Raffi Ahmad Bongkar Sikap Genitnya ke Mantan Istri Faisal Harris
Hidup susah
Bindeshwar Pathak, pendiri lembaga HAM, Sulabh International, yang membantu para janda tersebut, mengatakan, rasa malu sebagai janda masih sangat kuat di beberapa tempat.
Mereka diharapkan untuk melepas semua kesenangan.
Pathak menjelaskan, para janda ini tidak diperbolehkan untuk merayakan dan menghadiri pesta pernikahan.
Baca Juga: 8 Bulan Nikah, Baim Wong Bongkar Bahwa Paula Verhoeven Banyak Paksakan Diri untuk Hidup Dengannya
Mereka diharapkan untuk tinggal dalam pengasingan dan mengenakan baju berwarna putih.
"Ini pada dasarnya adalah bentuk penjara seumur hidup bagi para janda," katanya.
Sulabh International ditugaskan oleh Mahkamah Agung untuk membantu perempuan-perempuan tersebut, setelah ditemukan mayat janda yang dimasukkan ke dalam karung dan dibuang ke sungai, sejak 2012.
Lembaga tersebut memberikan tunjangan bulanan sebesar 2000 rupee (sekitar Rp420 ribu) kepada 700 janda. Juga mengajarkan beberapa keterampilan.
Meskipun begitu, bantuan itu hanya mencakup sebagian kecil janda yang tinggal di Vrindavan.
Baca Juga: Warganet Heboh dengan Ekspresi Ayu Ting Ting dan Farhat Abbas Lihat Tingkah Meldi Ini
Kebanyakan perempuan terpaksa tinggal di rumah penampungan, berbagi kamar, atau tidur di atas terpal di pinggir jalan, karena sulit mencari akomodasi yang mau menerima mereka.
Karena para janda ini tidak diterima oleh masyarakat luas, mereka biasanya berkumpul di pusat keagamaan.
Di sana mereka bisa melepas sedikit beban hidup dan menjalin persahabatan dengan janda-janda lain.
Baca Juga: Jika Hamil Lebih dari 42 Minggu, Amankah Melahirkan Lewat Waktu untuk Bayi dan Sang Ibu?
Para janda, biasanya perempuan berusia lanjut, berdoa bersama dan menyanyi berulang-ulang selama beberapa jam dengan imbalan makanan dan alas tidur.
Mereka sering terlihat masuk dan keluar kuil sambil mengenakan pakaian putih.
Terkadang mengemis makanan dan uang untuk menyewa tempat tinggal.
Vasantha Patri, psikolog di Delhi, yang pernah menulis keadaan menyedihkan janda-janda Vridavan ini, mendeskripsikan mereka sebagai "fisik yang hidup namun secara sosial telah mati".
Upaya pemerintah
Keadaan buruk para janda di tengah masyarakat India ini sudah menjadi perhatian pemerintah. Namun, perjalanannya masih panjang.
Baca Juga: Ajak Si Kecil Liburan ke Luar Negeri, Ini Tipsnya agar Bebas Pusing dan Bisa Berlibur Gratis!
Pada 2012, Mahkamah Agung memerintahkan komite khusus untuk mengidentifikasi para janda di Vrindavan, baik yang memiliki tempat berlindung maupun yang berkeliaran di jalanan.
Mahkamah Agung juga meminta kelengkapan data para janda tersebut.
Mulai dari siapa keluarganya, sumber pendapatan, hingga alasan mereka meninggalkan rumah.
Namun, proses ini masih belum selesai hingga sekarang.
Ada juga rencana aksi yang diajukan Ministry and the National Commission for Women sebagai tindak lanjut proses tersebut.
Rencana aksi ini merinci kebutuhan untuk memperbaiki infrastruktur, melengkapi data para janda sesuai dengan kartu identitas, dan menasihati keluarga untuk membawa pulang mereka.
Menurut perintah tersebut, para janda berhak mendapat bantuan hukum, pengobatan gratis, serta bahan-bahan pokok.
(Artikel ini telah tayang di Suar.id dengan judul "Dianggap Terkutuk, Ribuan Janda Diasingkan ke Tempat Khusus agar Tak Mendapatkan Warisan")
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Suar.ID |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR