Nakita.id - Kisah hidup presiden pertama Indonesia, Soekarno tak pernah lekang ditelan zaman.
Mulai dari perjuangan, kisah cintanya, dan akhir hidupnya yang tidak dihadiri oleh sang istri, Fatmawati.
Bapak Proklamator Indonesia ini lahir 118 tahun silam.
Mantan presiden berparas rupawan ini dikenal memiliki beberapa istri.
Baca Juga: Fairuz A Rafiq Terbaring Lemah di Rumah Sakit, Elma Theana Ungkap Penyakit Adik Ipar
Sosoknya yang berkharisma nyatanya menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak perempuan.
Perempuan-perempuan tersebut adalah Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar.
Fatmawati terkenal karena dialah yang mendampingi Soekarno semasa kemerdekaan Indonesia.
Bahkan, dia pula yang menjahit bendera Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada saat proklamasi kemerdekaan.
Pasangan berbeda usia 22 tahun ini menikah pada tahun 1943.
Setelah Indonesia merdeka, Fatmawati menjadi ibu negara pertama.
Sayangnya, pernikahan mereka berakhir pada tahun 1956.
Hingga akhir hayat sang suami, Fatmawati tidak tampak hadir menemani Soekarno ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Melansir 'Tribun Jatim' dari buku "Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Bagian 1" terungkap alasan rumah tangga pasangan ini retak.
Dalam buku tersebut, Fatmawati mengungkapkan hari-hari terakhirnya di Istana.
"Sampai dengan lahirnya Mohammad Guruh, tahun 1954, keluarga Presiden rukun dan kelihatan bahagia sekali.
Akan tetapi setelah pecah berita, bahwa Bung Karno akan menikah dengan Bu Hartini, hubungan antara Bung Karno dan Bu Fat serta keluarga kelihatan mulai tegang renggang," ungkap Fatmawati mengutip catatan dari Winoto Danuasmoro yang merupakan sahabat dekat Soekarno.
Baca Juga: Good Pitch Indonesia Dorong Perubahan Sosial Lewat Film Dokumenter Ciptaan Anak Negeri
Fatmawati melanjutkan kalau dirinya sudah pindah kamar dari gedung utama Istana Merdeka ke paviliun dekat Masjid Baitul Rachim.
Namun, ketika Fatmawati meminta izin meninggalkan istana dan kembali ke rumahya di Jalan Sriwijaya, Soekarno tak memberikan izin.
"Di sini bukan rumahku, keadaan kita sekarang sudah lain," jawab Fatmawati kepada Soekarno.
Akhirnya, perempuan yang pernah tinggal bersama Soekarno itu tetap melangkah pergi meninggalkan hidupnya sebagai istri orang nomor satu kala itu.
"Tidak ada keributan dan tak ada perkelahian. Setelah membaca bismillah, aku terus meninggalkan istana dengan perasaan tenang menuju Kebayoran Baru," kata Fatmawati.
Hal itu kemudian membuat para pelayan Istana termangu.
"Pengawal dan pelayan-pelayan Istana hanya termangu-mangu saja, aku tak tahu apa yang mereka pikirkan," ujar Fatmawati.
Hingga Soekarno meninggal dunia pada 21 Juni 1970, Fatmawati sama sekali tak menunjukkan batang hidupnya di pusara sang mantan suami.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Tribun Jatim |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR