Nakita.id - Tahukah Moms bahwa melabeli anak bisa menimbulkan dampak yang buruk bagi tumbuh kembangnya?
Mungkin Moms seringkali tidak menyadari pernah melabeli si kecil dengan berbagai sebutan yang terlontar.
Dalam keadaan "lupa diri" akibat emosi yang meluap kerap terlontar kata-kata yang memberi label pada anak.
Entah "anak bandel", "anak cengeng", hingga "anak pemalu" dan "anak penakut" yang sering tidak Moms sadari.
Menurut ahli, pemberian label/cap atau juga disebut stigma akan memberi bekas dalam diri anak dan mempengaruhi pembentukan konsep dirinya.
Bagi anak, label tersebut adalah suatu imej diri bahwa aku seperti itu yang lama-lama akan terbentuk dalam benaknya.
Menurut dra. S.Z. Enny Hanum, bila si pemberi label adalah orang yang mempunyai kedekatan emosi dengan anak semisal orang tua atau pengasuhnya, pengaruhnya akan sangat besar.
"Anak akan jadi ragu pada dirinya sendiri, 'Oh, jadi aku seperti itu. Orang tuaku sendiri mengatakan demikian, kok.'" kata Enny.
Pertanyaannya, mengapa anak laki-laki mudah mengalah takut dan menjadi bulan-bulanan teman sebayanya?
Disebutkan oleh Enny Hanum jika Si Kecil menjadi pemalu dan penakut karena lingkungan dari sekitarnya.
Bisa saja kompilasi kecil dia dibiasakan untuk selalu mengalah tanpa mempertahankan dirinya tidak mau berkonflik dengan orang lain dan mencari jalur aman.
Nah, untuk malatih mental anak laki-laki menjadi pemberani, Moms bisa membahas apa yang dialami anak yang ikut campur menindas dia.
Kemudian tanyakan, ambil ketika teman menyetujui atau ambil benda miliknya, apa yang akan dia lakukan.
Pancing dulu diri Si Kecil terkait apa yang akan dilakukan kompilasi maupun apa yang disetujui dirinya.
Jangan langsung berikan solusi pada anak, biarkan dia yang memintanya terlebih dahulu agar lama kelamaan idenya terasah tanpa perlu didukung oleh izin.
Melalui metode ini, sedikit demi sedikit anak diberdayakan dan dibangkitkan keberaniaannya melawan sang penindas.
Tolak, jangan mengajari anak untuk melawan dengan cara melepaskan teman sebab jalan ini bukan memecahkan yang baik.
Sebaiknya anak dibiasakan menyatakan ketidaksukaanya secara verbal, pernyataan, seperti, "Mainanku gak boleh di rebut"
Moms juga bisa mengajarkan seperti "Kalau mau pinjam mainanku, tunggu sampai aku selesai. Nanti kamu mau bisa ganti, kita berganti pakai", atau "Aku gak mau dipukul"
Akan tetapi perlu dicari apa sumber penindasan, misalnya di sekolah, karena alat permainan sangat terbatas sehingga anak-anak saling berhubungan.
Jika benar di sekolah, berarti pihak sekolah perlu memerhatikan fasilitas permainan yang memadai.
Misal di rumah atau tetangga mungkin lumrah terjadi saling membantah antara anak sebab mereka masih mementingkan diri sendiri.
Namun jika Moms lebih dulu yang mengerti keadaan ini, pastinya pertentangan bisa ditengahi.
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Safira Dita |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR