Kasus ini pernah ditemui, dimana sejak kecil keluarga memperlakukan anak seperti perempuan, tapi sejalan dengan waktu, penisnya membesar sehingga pada akhirnya ia menjadi lelaki.
Kalau hal itu terjadi, karena memang ada masalah biologis yang menyertai.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Jangan Lagi Ucapkan Kalimat Ini pada Anak, Bisa Buat Trauma dan Melukai Hatinya
3. Masalah keterbukaan dalam budaya
Hal ini memunculkan konsep-konsep seperti tomboi untuk anak perempuan yang dianggap macho, atau senang bergaya ala anak lelaki.
Padahal hal itu bukan berarti ada masalah dalam memahami jenis kelamin.
Sebagai contoh, anak perempuan yang senang berpakaian seperti lelaki, karena merasa lebih praktis.
Ada kalanya yang dipikirkan orangtua tidak "se-mengerikan" apa yang anak pikirkan atau lakukan. Contoh, bisa saja anak laki-laki menggendong-gendong boneka kakak perempuannya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Ini Alasan Moms Tak Boleh Sembarangan Memberi Julukan Pada Si Kecil
Mungkin karena ia ingin mencoba apa yang dia lihat dari ayahnya ketika menggendong adik bayinya.
Nah, Moms bisa melakukan pendekatan dengan memberi pernyataan seperti, "Adek lagi gendong-gendong ya, seperti papa gendong kamu waktu masih bayi."
Orangtua dapat mengajarkan masalah emosi pada si anak, yaitu mengenai kasih sayang.
Jadi, dalam mengatasinya, orangtua tak perlu panik. Sikapilah biasa saja. Cari apa yang menjadi kemungkinan penyebabnya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Dampak Negatif Selalu Membanggakan Si Kecil, Catat Moms!
Pahami pula bahwa di usia prasekolah ini anak memang masanya mengalami trial and error, eksplorasi, serta mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai lingkungan dan dirinya sendiri.
Dalam perkembangannya, tak sedikit orangtua saat ini yang tidak menghalangi anak laki-laki untuk mengenal aktivitas anak perempuan, atau sebaliknya.
Orangtua zaman sekarang justru berpandangan, dalam berbagai hal semua anak laki-laki dan perempuan harus diberi kesempatan sama dalam mencoba berbagai aktivitas, mengeksplorasi, dan mengenal lingkungannya.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR