Hal ini tidak terlepas dari kondisi jalan yang penuh belokan dan kontur angin kencang.
Baca Juga: Maia Estianty 'Menangis' Tak Kuasa Tahan Haru Saat Lihat Potret Kecil Buah Hatinya, Dul:
Sementara itu, pakar transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Ofyar Z Tamin, mengatakan, trek jalan yang mulai menurun dari kilometer 100 dan ditambah beban massa dari kendaraan membuat laju kendaraan bertambah cepat.
Saat kondisi seperti ini, pengemudi seharusnya meningkatkan kewaspadaan.
"Saat mendesain dan membangun jalan ada yang disebut kecepatan rencana. Artinya, kendaraan akan aman jika melaju baik saat memasuki tikungan atau jalan menurun berada di bawah kecepatan rencana," ujar Tamin.
Meski demikian, faktor kelalaian manusia atau human error juga bisa menjadi alasan terjadinya kecelakaan di tol Cipularang.
"Karena mengantuk menjadi faktor paling tinggi kecelakaan di situ, meski microsleep itu hanya beberapa detik tapi akibatnya fatal, dan hampir selalu tabrak belakang kendaraan," ujar Asep, Kanit Satlantas Polres Purwakarta.
Ditambah lagi, saat kecelakaan terjadi karena mengantuk, bisa dipastikan tidak ada pengereman dengan jarak yang cukup sebelum kecelakaan.
Oleh karena itu, efek kecelakaannya sering kali sangat parah hingga menimbulkan korban jiwa.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | tribunnews,KOMPAS TV |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR