Nakita.id Perfeksionis membuat anak menganggap kegagalan adalah sesuatu yang sangat menyedihkan.
Ketika anak berhasil, mereka berjuang untuk menikmati prestasi mereka.
Anak sering khawatir apabila mereka tidak akan bisa meniru hasil atau mempertahankan tingkat kesuksesan mereka.
Dilansir dari Verywellfamily, para peneliti telah menyebutkan ada beberapa tipe perfeksionisme di antaranya adalah:
Perfeksionis Berorientasi Diri
Pada tipe ini anak memiliki harapan yang tidak realistis untuk diri mereka sendiri.
Anak ingin mencapai keinginan yang sebenarnya sukar mereka jangkau.
Perfeksionis Berorientasi Lain
Dalam tipe ini, anak menetapkan standar yang tidak realistis untuk orang lain.
Anak memaksakan orang lain untuk mengikuti kemauannya dan sejalan dengannya.
Perfeksionis yang Ditentukan Sosial
Kadang sebagai orang tua justru Moms dan Dads memaksakan keinginan pada anak.
Misalnya mengharuskan anak mendapat nilai sempurna di ujian matematikanya, atau mengharuskan anak masuk sekolah favorit dn lain-lain.
Lalu bagaimana Moms dan Dads tahu bahwa anak adalah seorang yang perfeksionis?
Ada beberapa tanda atau gejala umum yang mengindikasikan anak adala seorang perfeksionis, seperti:
- Sensitivitas tinggi terhadap kritik
- Kesulitan menyelesaikan tugas karena pekerjaan tidak pernah 'cukup baik'
- Menunda-nunda untuk menghindari tugas-tugas sulit
- Mengkritik diri sendiri dan merasa sangat malu jika gagal
- Sangat kritis terhadap orang lain
- Kesulitan membuat keputusan atau sangat memprioritaskan tugas
- Mudah frustrasi ketika membuat kesalahan
- Kecemasan yang tinggi terhadap kegagalan
Anak menjadi seorang perfeksionis tentunya ada berbagai penyebab ya, Moms.
Para peneliti mengungkapkan beberapa hal yang dapat menyebabkan anak bersikap perfeksionis, seperti yang dikutip dari Verywellfamily berikut ini:
1. Faktor biologis
Penelitian menunjukkan perfeksionisme berkaitan erat dengan penyakit mental tertentu, seperti gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan makan.
Ini membuat para ilmuwan meyakini mungkin ada komponen biologis menuju perfeksionisme.
2. Pengaruh orang tua
Memuji anak karena menjadi anak terpintar di sekolah dapat membuatnya percaya bahwa kesalahan itu buruk.
Dia mungkin berpikir dia harus berhasil dan mempertahankan label yang orang tua mereka berikan dengan segala cara.
3. Orang tua yang perfeksionis
Orang tua yang perfeksionis cenderung lebih membesarkan anak-anak yang perfeksionis juga.
Ini mungkin berasal dari perilaku yang dipelajari anak dari orang tuanya yang perfeksionis.
Anak sudah terbiasa dididik menjadi perfeksionis sejak kecil.
4. Tekanan akademik
Anak-anak mungkin takut nilai yang tidak sempurna.
Melihat teman-temannya berhasil mendapat nilai sempurna dan berhasil masuk ke sekolah atau universitas ternama membuatnya merasa cemas.
Tekanan-tekanan akademis itu dapat menyebabkan anak merasa bahwa mereka harus menjadi sempurna untuk mencapai keinginannya.
5. Sensasionalisme kesuksesan dan kegagalan
Kini media hampir setiap hari menampilkan orang-orang hebat seperti atlet juara dunia, penyanyi terkenal, model terkenal dan masih banyak lagi.
Pada saat yang sama, berita media lainnya memberi sensasi bagaimana satu kesalahan membuat seseorang menjadi gagal total.
Kisah-kisah media ini dapat meyakinkan anak bahwa mereka harus sempurna dalam segala hal yang mereka lakukan.
6. Keinginan untuk menyenangkan
Beberapa anak ingin mendapatkan kekaguman atau pujian dan kasih sayang dengan menunjukkan bahwa mereka dapat menjadi sempurna dalam segala hal.
Ini mungkin berasal dari keinginan untuk mengurangi stres orang tua atau itu mungkin satu-satunya cara seorang anak mendapatkan perhatian.
7. Trauma
Pengalaman traumatis dapat menyebabkan anak merasa seperti mereka tidak dicintai atau bahwa mereka tidak akan diterima kecuali mereka sempurna.
Mereka merasa tidak akan dianggap di lingkungannya jika dia tidak melakukan sesuatu yang hebat.
Sering dibandingkan dengan anak lain kadang bisa membuat mereka merasa tidak dianggap dan diremehkan.
Sehingga anak cenderung akan menjadi seorang perfeksionis agar dapat dilihat oleh semua orang.
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Source | : | verywellfamily.com |
Penulis | : | Puput |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR