Nakita.id - Belakangan Indonesia sedang dilanda masalah kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Masalah kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera ini seolah tak berkesudahan.
Hampir setiap tahun selalu terjadi masalah yang sama, terutama di wilayah Riau dan sekitarnya.
Beberapa hari terakhir, sejumlah wilayah kembali dilaporkan dilanda masalah kabut asap.
Bahkan masalah kabut asap tahun ini terbilang lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Melansir Kompas.com, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjungpinang mengatakan kabut asap yang ada di langit Tanjungpinang ini merupakan kabut asap kiriman.
Kabut asap yang terjadi di Kepri didominasi kabut yang timbul dari kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di Kalimantan.
Tak hanya di wilayah Tanjungpinang, Kota Batam juga terkena imbas dari kabut asap yang berasal dari Kalimantan ini.
Sementara itu, wilayah lain di Sumatera seperti Palembang, Sumatera Selatan sempat berada di level berbahaya akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Adanya kabut asap yang semakin menjadi ini pun menimbulkan berbagai polemik di masyarakat.
Warga yang terkena kabut asap pun mulai risau karena penyakit ganguan pernapasan yang mulai mengancam.
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA pun sudah mulai menyerang masyarakat.
Baca Juga: Hadiri Ulang Tahun Putri Sophia Latjuba, Gading Marten dapat Panggilan Papa
Akibat kejadian ini, Pemerintah Provinsi Riau bersama jajaran lintas sektoral melarang ibu hamil, bayi, balita, anak usia sekolah, dan lansia melakukan kegiatan di luar rumah atau gedung.
Apa yang dilakukan Pemprov Riau ini didukung banyak riset yang membuktikan adanya berbagai masalah kesehatan pada ibu hamil dan janin akibat polusi kabut asap.
Bahkan baru-baru ini dikabarkan sudah sampai merenggut nyawa, Moms.
Minggu (15/9/2019), seorang bayi perempuan berusia 4 bulan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan meninggal dunia diduga akibat terpapar kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan.
Bayi bernama Elsa Pitaloka itu sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Ar-Rasyid Palembang karena sesak napas.
Sayagnya, bayi malang itu akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 18.35 WIB.
Mengutip dari Kompas.com, sebelum meninggal Elsa sempat dibawa ke puskesmas setempat namun pihak puskesmas menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit.
Bayi itu pun langsung membawa ke RS Ar-Rasyid dan sempat dirawat selama 7 jam.
"Anak saya nafasnya sudah susah waktu di puskesmas. Saat tiba dirumah sakit, Elsa langsung diinfus," ujar Ngadirun, ayah Elsa.
Kondisinya yang semakin memburuk membuat orangtua Elsa, Ita Septiana dan Ngadirun panik.
Pihak rumah sakit menyarankan untuk dibawa ke RS Muhammad Hoesin.
Namun, belum sempat dibawa ke ambulans, Elsa sudah dinyatakan meninggal dunia.
Menurut keterangan dokter, Elsa terkena ISPA.
"Dokter bilang ada gangguan pernafasan, karena terkena ISPA," jelasnya.
Sejak tiga hari terakhir, kediaman Ngadirun hampir setiap hari terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, Elsa mengalami pilek, batuk, pilek dan perut kembung.
Namun, pada pukul 10.00 WIB kondisi kesehatan Elsa makin menurun hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuasin dr Mgs Hakim membenarkan kejadian tersebut.
Menurutnya, Elsa meninggal karena mengalami pneumonia atau penyakit infeksi yang menyerang paru, sehingga menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan membengkak.
"Dari hasil kunjungan tim kesehatan Banyuasin ke RS Ar- Rasyid memang benar ada pasien bayi umur 4 bulan didiagnosa pneumonia, dan meninggal," kata Hakim.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR