Nakita.id - Sebagai orangtua, Moms dan Dads mungkin bertanya-tanya sudahkan Moms dan Dads menjadi orangtua yang baik?
Apakah Moms dan Dads sudah membesarkan anak dengan benar?
Terlebih jika memiliki anak laki-laki.
Kita sering mendengar hal-hal negatif mengenai anak laki-laki, apalagi usia remaja.
Moms dan Dads pasti khawatir dengan pergaulan mereka atau dengan perilaku mereka di luar pengawasan.
Mendidik anak laki-laki tentunya akan berbeda dengan anak perempuan.
Melansir dari Goodhousekeeping, ada beberapa panduan untuk mendidik anak agar menjadi laki-laki yang baik:
Usia sekolah dasar
- Cegah perasaan superioritas
Sebuah survei menemukan bahwa hampir 40 persen anak laki-laki kelas empat sekolah dasar merasa bahwa mereka lebih pintar daripada anak perempuan.
Untuk mencegah pemikiran ini, dorong persahabatan antar gender (laki-laki dan perempuan).
Semakin Moms mendorong anak laki-laki untuk menghabiskan waktu bersama anak perempuan dan melihat mereka sebagai individu, semakin sulit bagi mereka untuk membuat stereotip gender atau menganggap anak laki-laki lebih baik.
Penting juga bagi anak laki-laki bergaul dan toleran terhadap orang-orang dengan perbedaan lain.
Ajari anak untuk memperlakukan orang dengan hormat terlepas dari ras, jenis kelamin, agama, status sosial ekonomi, atau orientasi seksual mereka.
- Dorong emosi
Beberapa orangtua mengatakan "anak laki-laki tidak boleh menangis, itu lemah".
Selain memperkuat stereotip gender, kata-kata seperti itu sebenarnya bisa berbahaya.
Karena ini dapat mendorong perilaku buruk.
Sebagai manusia kita semua memiliki emosi dan cara meluapkannya.
Jika gembira, maka akan tersenyum dan jika sedih maka akan menangis.
Pria yang sering menyembunyikan emosi mereka lebih cenderung tertekan, memiliki pikiran untuk bunuh diri, dan terlibat dalam perilaku berisiko lainnya.
Dengan mengatakan bahwa laki-laki tidak boleh menangis, anak akan berusaha menyembunyikan emosinya, mereka akan merasa tidak boleh meluapkan kesedihannya.
Karena itu, penting untuk mendengarkan dan membiarkan anak mengekspresikan emosinya.
Usia sekolah menengah
- Membina interaksi yang sehat
Tahun-tahun sekolah menengah adalah waktu dimana putra Moms telah memasuki fase remaja.
Baca Juga: Cover Lagu Viral 'Entah Apa Yang Merasukimu' dan Trending di Youtube, Via Vallen Ratu Cover?
Jelaskan kepada putra Moms bahwa komentar, lelucon, atau isyarat seksual yang tidak diinginkan atau tidak pantas tidak boleh dilakukan pada siapapun.
Sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu dalam Journal of Youth and Adolescence menemukan bahwa remaja yang dibesarkan dalam iklim keluarga yang positif cenderung memiliki keterampilan memecahkan masalah hubungan yang lebih baik dan dengan risiko yang lebih kecil untuk melakukan kekerasan dalam hubungan pertemanannya.
- Ajarkan anak menjadi laki-laki baik
Sayangnya, harapan sosial dapat membuat remaja laki-laki merasa mereka harus tangguh, agresif, atau bahkan kejam.
Banyak orang mengatakan bahwa seorang laki-laki itu harus tangguh.
Padahal tidak semua anak dapat mengekspresikan dirinya sebagai seseorang yang tangguh.
Ada anak yang mungkin tidak mengekspresikan diri mereka secara tegas dan agresif atau seperti "laki-laki tangguh" yang dikatakan orang-orang.
Jika putra Moms bukan termasuk anak yang dapat mengekspresikan dirinya secara tegas, jangan mengejek atau memaksanya seperti kehendak Moms.
Bicaralah padanya bahwa untuk menjadi laki-laki yang baik itu bisa dalam berbagai cara, tidak hanya menjadi tegas dan agresif.
Anak usia SMA
-Bicarakan mengenai aturan yang jelas
Banyak orang bilang bahwa usia SMA merupakan usia dimana anak mulai mencari jati diri mereka.
Mereka akan lebih banyak mengeksplor hal-hal baru dan mungkin sedikit susah diatur ya, Moms.
Bicarakan mengenai hal-hal yang boleh dan tak boleh dilakukan dengan alasan yang jelas.
Misalnya tentang narkoba dan alkohol, jelaskan pada putra Moms mengenai bahaya narkoba dan alkohol yang menjadi alasan mengapa mereka tidak boleh mencobanya.
Selain itu bahas pula mengenai pendidikan seksual, beritahu mereka mengenai hal tersebut dengan jelas termasuk bahayanya bila melakukan seks bebas.
Dan masih banyak lagi hal-hal yang harus orangtua jelaskan pada anak agar mereka paham sehingga tidak melakukan hal yang tak diinginkan.
Dengan memberikan penjelasan tersebut, maka anak akan tahu alasan Moms dan Dads melarangnya, jadi tidak asal melarang.
Asal melarang tanpa memberi pengertian justru akan membuat anak usia SMA penasaran dan melakukan hal buruk yang seharusnya tak dilakukan.
-Tetap terhubung dengan anak
Sangat disarankan untuk memiliki waktu bersama dengan anak-anak, apalagi ketika anak menginjak usia remaja.
Anak usia remaja cenderung menyukai saat dimana mereka bersama teman-teman mereka di luar rumah.
Baca Juga: Perbedaan Potret Mulan Jameela dengan Artis Lain Saat Rapat Paripurna MPR RI, Anggun Mana?
Anak terkesan menjaga jarak dengan orangtuanya dan sibuk dengan dunianya.
Lakukan kegiatan positif bersama anak, entah itu olahraga, bermain games, pergi menonton.
Tidak perlu setiap hari, lakukan satu atau dua kali dalam seminggu pun sudah cukup.
Dengan mempertahankan hubungan antara orangtua dengan anak, memungkinkan bagi Moms dan Dads untuk tetap bisa mengawasi dan membimbing mereka menjadi laki-laki di usia mereka yang mendekati kedewasaan.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | goodhousekeeping.com |
Penulis | : | Puput Sarintiya |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR