Nakita.id - Setelah seharian bekerja, memilih untuk malas-malasan bisa jadi solusi yang terbaik untuk tubuh kita.
Sesekali bermalas-malasan setelah padatnya aktivitas tidak ada salahnya.
Tetapi jika Dads selalu malas melakukan apapun setiap harinya dan malas dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, ini yang patut diwaspadai.
Kurangnya gairah dalam menyelesaikan tugas, atau daftar pekerjaan yang harus dikerjakan menumpuk namun Dads malas untuk menyelesaikannya, mungkin ini salah satu ciri Dads sedang malas bergerak.
Dilansir dari Health Line, malas gerak atau yang kini dikenal dengan istilah mager ini sangat buruk dampaknya bagi kesehatan.
Bahaya kesehatan mengincar para Dads jika sudah malas bergerak untuk melakukan sesuatu.
Berikut adalah bahaya yang wajib diketahui jika Dads malas gerak.
1. Osteoporosis
Kebiasaan malas gerak bisa membuat tubuh Dads menjadi kehilangan massa otot dan kepadatan tulang.
hal itu dikarenakan tidak berfungsinya seluruh organ dengan baik.
Jika terus dibiarkan, maka kekuatan tulang pun akan berkurang dan akhirnya bisa menderita osteoporosis.
Baca Juga: Hasil Penelitian: Brokoli Miliki Khasiat Tekan Munculnya Skizofrenia
2. Stroke dan serangan jantung
Untuk risiko yang satu ini telah dibuktikan dari penelitian yang dipublikasikan dalam Nurses' Health Study di Boston, bahwa seseorang yang jarang bergerak dalam sehari penuh akan mendapati stroke dan serangan jantung.
Disarankan untuk bergerak dalam waktu tiga jam sekali, walau hanya keluar rumah untuk meregangkang otot.
3. Menurunkan kinerja otak
Semakin malas, maka kinerja otak akan semakin menurun.
Baca Juga: Ingin Terhindar dari Obesitas? Moms Hanya Perlu Tidur yang Cukup Lho
Hal itu dikarenakan otak sama sekali tidak diajak untuk bekerja.
Jika hanya bermain gadget seharian penuh, maka kemampuan otak pun akan semakin menurun.
Baca Juga: Terjatuh Saat Hamil Bisa Membahayakan Janin, Ketahui 4 Cara Mencegahnya Moms!
Otak harus diajak bekerja agak tidak terjadi penurunan kinerja otak.
Lakukan aktivitas yang bermanfaat, seperti, membaca buku, menulis, ataupun aktvitas lain yang mampu meningkatkan kinerja otak.
Source | : | Health line |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR