Nakita.id - Coba Moms ingat kembali, pernahkah Moms membandingkan Si Kecil dengan teman atau saudaranya?
Kadang hal ini tak disadari oleh kita, sebab ketika Moms membandingkan prestasi atau perilakunya dengan anak lain, lebih sering Moms memang bermaksud baik.
Misalnya ketika Moms bilang, "coba lihat kakak, kakak bisa lo, ranking 1", Moms sebenarnya ingin memotivasi Si Kecil jika ia pun bisa meraih prestasi lebih.
Atau ketika melihat teman sebayanya yang penurut dan jarang tantrum, mungkin Moms tanpa sadar pernah membandingkan perilakunya dengan Si Kecil.
Moms memang hanya ingin memberikan contoh untuk ditiru oleh anak, tetapi, seperti yang dimuat Huffington Post, membandingkan pencapaian anak bukan jalan yang tepat.
Membandingkan Si Kecil dengan anak lain, sama saja melabelinya 'kurang baik' dibandingkan dengan saudara atau temannya.
Hanya sebagian kecil anak yang menanggapi nasihat orangtua bernada membandingkan dengan pandangan sebagai contoh.
Anak-anak tidak suka menerima kritikan, juga belum begitu mengerti bagaimana harus merespon kritikan.
Justru, ada 4 dampak negatif dari membandingkan Si Kecil, yuk catat.
1. Anak meragukan dirinya sendiri
Hanya dengan terus membandingkan tanpa benar-benar memberikan kesempatan untuk mereka memperbaiki diri, lambat laun akan membuat anak cenderung meragukan dirinya sendiri.
Terutama begitu tahu ada orang lain yang lebih unggul dari dirinya.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Ucapan Moms yang Seperti Ini Akan Membentuk Si Kecil Jadi Anak Sombong
Moms bisa membantu anak berubah menjadi orang yang lebih baik tanpa harus membanding-bandingkan dirinya.
Caranya cukup dengan memberi tahu apa yang seharusnya ia lakukan, dan terus membimbingnya supaya dapat berubah.
2. Anak merasa cemburu
Anak-anak juga bisa merasakannya, ketika Moms terus membandingkan dirinya dengan anak lain yang lebih baik.
Anak tentu jadi merasa cemburu karena ada orang yang jelas-jelas “difavoritkan” oleh orangtuanya sendiri.
Kecemburuan yang terpupuk sejak kecil tidak baik untuk kesehatan jiwa anak.
Hal ini dikarenakan akan dapat menimbulkan kebencian, permusuhan, atau kekecewaan mendalam baik pada diri sendiri maupun orangtua dan teman-temannya.
3. Hubungan orangtua dengan anak jadi renggang
Terus mengatakan bahwa selalu ada orang lain yang lebih baik daripada anak, lama-lama bisa menimbulkan kesalahpahaman.
Anak mungkin merasa dihina, disudutkan, tidak diperhatikan, dan tidak pernah didukung oleh orangtuanya sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Ia mungkin juga menganggap bahwa Moms tidak menyayanginya.
Suasana kekeluargaan yang harusnya hangat justru memanas dan bisa merenggangkan hubungan anak dan kita.
4. Anak jadi berpikiran negatif
Awalnya anak mungkin terpacu untuk menjadi lebih baik.
Namun jika kita tidak pernah mengapreasiasi usahanya dengan terus membandingkan anak dengan yang lain, ia jadi tidak pernah merasa bangga dan puas dengan apa yang dilakukannya.
Ia akan dirundung dengan pikiran negatif bahwa ia tidak akan pernah sukses karena terus cemas dan takut gagal.
Akibatnya, ia jadi tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri dan semakin terpuruk.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Huffington Post |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR