Nakita.id - Untuk perkembangan anak optimal, Moms perlu menerapkan pola asuh tepat.
Sekarang ini, banyak sekali model pola asuh yang bisa Moms terapkan untuk Si Kecil.
Salah satunya pola asuh RIE, singkatan dari Resources for Infant Educarers, pola asuh ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh dokter spesialis bayi, Magda Gerber.
Pada dasarnya, RIE menekankan bahwa setiap orangtua perlu percaya, Si Kecil mampu berpartisipasi dan bermain tanpa banyak campur tangan orangtua.
Baca Juga: Inilah Tanda-tanda Pola Asuh yang Buruk Pada Anak, Salah Satunya Sering Membandingkan Si Kecil
Magda Gerber percaya, ketika orangtua mengizinkan dan membiarkan Si Kecil bebas tidak hanya membangun kepercayaan diri Si Kecil, tetapi juga mendorong kompetensi mereka.
Dalam pola asuh RIE ini, Si Kecil dibolehkan bermain tanpa gangguan untuk menjelajahi lingkungan mereka dengan tujuan mempelajari keterampilan baru sendiri.
Artinya, setiap kali Si Kecil menemukan masalah atau tidak dapat mengontrol sesuatu, Moms tidak segera bertindak dan membantu Si Kecil.
Sebagai "pendidik" Moms hanya menawarkan bantuan bila diperlukan sehingga memungkinkan Si Kecil menguasai berbagai keterampilan sendiri dan mengatasi masalah sendiri.
Meski dapat menumbuhkan kemandirian, pola asuh RIE ini masih menuai pro dan kontra nih, Moms.
Pro
Pola asuh RIE menyarankan agar Moms tidak hanya melakukan hal-hal seperti mengganti popok, tetapi harus mulai memahami apa yang dibutuhkan anak.
Kemampuan memahami ini apa yang dimaui anak dengan mendengarkan mereka.
Kebanyakan orangtua mengamati bayi mereka untuk menguraikan isyarat mereka.
Ketika bayi menangis, orang tua membuat asumsi tentang apa yang dibutuhkan bayi.
Mereka mengatakan hal-hal seperti "Oh, dia pasti lapar," atau "Dia lelah".
Baca Juga: Kenali Tangisan Bayi, Ada yang Menandakan Kolik! Jangan Sampai Salah Menangani Ya, Moms
Moms, walaupun pernyataan ini terkadang benar, namun tidak selalu demikian, lo.
Ini membuat para pendukung pola asuh RIE menyarankan agar orangtua tidak mencoba untuk terlalu masuk dan memenuhi kebutuhan bayi.
Sebaliknya, orangtua disarankan mengamati Si Kecil terlebih dahulu agar tidak salah persepsi mengenai apa yang dibutuhkan Si Kecil.
Hal ini dilakukan agar Si Kecil merasakan, belajar, dan mengeksplorasi sambil melihat orangtua mereka sebagai tempat yang aman ketika mereka benar-benar membutuhkan bantuan.
Dengan menerapkan pola asuh RIE ini, orangtua jadi lebih tahu siapa bayi mereka dan apa yang mereka butuhkan.
Kontra
Mereka yang kontra dengan pola asuh RIE mengatakan bahwa anak-anak, termasuk bayi, berkembang dengan sentuhan, komunikasi, penetapan batas, dan batasan yang jelas.
Jadi, terlalu banyak pengamatan dan tidak cukup memegang dan mencintai juga dapat menimbulkan masalah.
Terlebih lagi, bayi relatif tidak berdaya yang berarti mereka bergantung pada orangtuanya untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Dikeroyok Andhika Pratama dan Irfan Hakim Soal Pola Asuh Anak, Ussy Sulistiawaty Nyaris Menangis:
Sehingga, melakukan kontak mata dan berbicara dengan Si Kecil menunjukkan bahwa Moms ada dan mencintai mereka.
Mereka yang kontra berpendapat bahwa pola asuh RIE hanya akan mendorong orangtua semakin asyik dengan gadget dan media sosial dan kurang menaruh perhatian pada Si Kecil.
Mereka berpendapat bahwa Si Kecil membutuhkan orangtua mereka untuk menggendong mereka, berbicara dengan mereka, bernyanyi untuk mereka, membacakan untuk mereka, memberi mereka makan, dan mencintai mereka.
Moms, setiap pola asuh memiliki plus dan minusnya tersendiri, semua kembali kepada Moms.
Nah, apakah Moms tertarik dengan pola asuh RIE ini?
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | verywellfamily.com |
Penulis | : | Puput Sarintiya |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR