Dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) ini juga berpendapat bahwa tindakan itu dilakukan atas dasar emosi seorang perempuan yang kemudian menular ke perempuan lain.
“Ibu-ibu itu basisnya lebih banyak ke emosional daripada suaminya yang lebih banyak ke rasional. Itu ibu-ibu kan mengalir perasaannya dari satu ibu-ibu ke ibu-ibu yang lain. Kalau dalam sosiologi Namanya solidaritas mekanik, solidaritas kesetiaan atas dasar emosi,” jelas Drajat.
Menurut Drajat, sesungguhnya para istri prajurit ini paham akan konsekuensi atas perbuatannya.
Akan tetapi, karena sudah terdapat faktor emosi, maka rasionalitas pun terkalahkan.
“Pasti, menurut saya paham, ada juga yang istri perwira kok. Paham sekali mereka, langsung menyerang pimpinan tertinggi, Wiranto, seperti itu pasti mereka paham sekali,” terangnya.
“Hanya memang kan ini masalah emosi, tidak bisa dirasionalisasi. Kalau urusan emosi itu rasionalnya bisa dikalahkan. Kemudian mereka merasa mewakili sebuah keterampasan emosi itu,” tambahnya.
Namun, dunia militer menerapkan sistem komando sehingga segala bentuk perlawanan dan pembangkangan yang dilakukan dengan cara di luar prosedur, akan berakibat sanksi tegas.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Source | : | Kompas.com,Nakita.id |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR