Orangtua yang sering memarahi si kecil atau bahkan ingin mendisiplinkannya terkadang cenderung menggunakan kata-kata yang tidak tepat, seperti mencela, memaki, berkata kasar, atau pun menakut-nakuti, bisa melukai atau menjatuhkan harga diri anak.
Baca juga: Tip Agar Ibu Tak Mudah Marah dengan Anak
Kekerasan verbal yang diterima saat usia dini, yang merupakan masanya meniru dan mulai tertanamnya norma-norma yang akan ia ikuti, akan disimpan dalam alam bawah sadar anak.
Jika sudah tertanam dalam alam bawah sadar, anak yang sering mendapat kekerasan verbal bisa kehilangan rasa percaya diri, menjadi penakut, merasa bersalah, hingga memiliki konsep diri negatif.
Selain dalam bentuk kata-kata, lanjut Naomi, kekerasan verbal juga tanpa sadar dilakukan orang dewasa melalui ucapan nonverbal.
"Kekerasan verbal tidak bisa dipisahkan dari nonverbal, misalnya tatapan mata melotot, intonasi, hingga tempo ucapan.
Mungkin si ibu tidak mengucapkan kata negatif, tapi dengan tekanan dan intonasi tertentu anak menjadi ciut," kata psikolog dari Universitas Tarumanegara Jakarta ini.
Baca juga: Menyesal Setelah Memarahi Anak? Lakukan 6 Hal Ini untuk Berdamai Kembali
Ini yang patut Moms hindari saat merasa kesal terhadap anak.
Karena tanpa disadari, anak akan menyimpan kekerasan verbal maupun non-verbal tersebut di dalam memori dan alam bawah sadarnya.
Ketika kekerasan itu terus menerus dilakukan bahkan sudah tertanam, bukan tidak mungkin Moms akan menciptakan pribadi buruk untuk si kecil.
Tentu hal ini tidak diingkan oleh Moms kan. Cobalah untuk berdamai dengan si kecil ketika marah ya, Moms.
Allaahu akbar kabiiraw dan Allaahumma baa’id bainii, Ini 2 Bacaan Iftitah dan Artinya
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR