Nakita.id - Moms, konsep diri batita atau balita ternyata dapat dipengaruhi oleh prilaku kita sebagai orangtua.
Apa itu konsep diri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep diri adalah elemen yang membuat seseorang memiliki pandangan tentang dirinya.
Dapat dikatakan seseorang yang memiliki konsep diri positif akan menunjukan sikap baik sedangkan konsep diri negatif akan berperilaku sebaliknya.
Tak hanya orang dewasa, konsep diri juga perlu dimiliki oleh anak-anak sejak dini. hal ini menjadi penting karena konsep diri memengaruhi cara berprilaku anak.
Anak yang memiliki konsep diri positif akan memandang dirinya secara positif, sehingga ia lebih percaya diri dalam bertindak.
Dengan adanya pandangan dan penilaian yang positif tentang dirinya, anak akan cenderung untuk mengarahkan energi dan perilakunya kepada hal-hal yang juga positif.
Tapi tak semua anak memiliki konsep diri yang positif, Moms.
Konsep diri yang negatif dapat tercipta ketika si kecil mendapat perlakuan buruk dari orang-orang di lingkungannya.
Terutama pada anak yang sering mendapat perlakuan kasar verbal maupun non-verbal dari orangtua yang sering memarahi.
Baca juga: Ini Akibatnya Jika Ibu Sering Memarahi Anak Karena Tidak Bisa Diam
Dilansir dari Kompas.com menurut psikolog Naomi Soetikno, M.Pd, Psi, kekerasan adalah perilaku menyakiti sehingga korban mengalami kerugian atau kerusakan.
Jika kekerasan fisik dampak kerugiannya akan tampak di tubuhnya, maka kekerasan verbal akan berdampak pada kondisi emosional anak.
"Kerugian dari kekerasan verbal ini si individu tidak mampu memiliki rasa percaya diri, tidak ada konsep diri yang baik, serta tidak bisa meregulasi dirinya dengan baik. Intinya kemampuan dasar individu untuk berkembang jadi terhambat," kata Naomi.
Orangtua yang sering memarahi si kecil atau bahkan ingin mendisiplinkannya terkadang cenderung menggunakan kata-kata yang tidak tepat, seperti mencela, memaki, berkata kasar, atau pun menakut-nakuti, bisa melukai atau menjatuhkan harga diri anak.
Baca juga: Tip Agar Ibu Tak Mudah Marah dengan Anak
Kekerasan verbal yang diterima saat usia dini, yang merupakan masanya meniru dan mulai tertanamnya norma-norma yang akan ia ikuti, akan disimpan dalam alam bawah sadar anak.
Jika sudah tertanam dalam alam bawah sadar, anak yang sering mendapat kekerasan verbal bisa kehilangan rasa percaya diri, menjadi penakut, merasa bersalah, hingga memiliki konsep diri negatif.
Selain dalam bentuk kata-kata, lanjut Naomi, kekerasan verbal juga tanpa sadar dilakukan orang dewasa melalui ucapan nonverbal.
"Kekerasan verbal tidak bisa dipisahkan dari nonverbal, misalnya tatapan mata melotot, intonasi, hingga tempo ucapan.
Mungkin si ibu tidak mengucapkan kata negatif, tapi dengan tekanan dan intonasi tertentu anak menjadi ciut," kata psikolog dari Universitas Tarumanegara Jakarta ini.
Baca juga: Menyesal Setelah Memarahi Anak? Lakukan 6 Hal Ini untuk Berdamai Kembali
Ini yang patut Moms hindari saat merasa kesal terhadap anak.
Karena tanpa disadari, anak akan menyimpan kekerasan verbal maupun non-verbal tersebut di dalam memori dan alam bawah sadarnya.
Ketika kekerasan itu terus menerus dilakukan bahkan sudah tertanam, bukan tidak mungkin Moms akan menciptakan pribadi buruk untuk si kecil.
Tentu hal ini tidak diingkan oleh Moms kan. Cobalah untuk berdamai dengan si kecil ketika marah ya, Moms.
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR