Nakita.id - Semua orangtua tentu menginginkan buah hatinya terlahir dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apapun.
Akan tetapi ada beberapa kondisi yang mungkin tak bisa dihindari, mengakibatkan Si Kecil lahir di keadaan yang membuat Moms merasa khawatir.
Salah satunya adalah kelahiran prematur, atau bayi yang lahir sebelum 9 bulan usia kandungan.
Bayi lahir prematur memang kondisi yang cukup berisiko, sebab sebelum 9 bulan kehamilan, bisa jadi perkembangan organ tubuh Si Kecil belum sempurna.
Makin muda usia kandungan ketika bayi lahir prematur, maka masalah kesehatan yang menghantui bisa semakin besar.
Berat badan bayi yang rendah dan kondisi-kondisi lainnya yang mungkin membutuhkan penanganan dokter dapat dialami oleh bayi yang lahir dalam kondisi prematur.
Risiko bayi lahir prematur salah satunya adalah kondisi organ mata yang bisa jadi berbeda dengan anak-anak yang terlahir normal.
Seperti yang dimuat laman WebMD, salah satu jenis masalah penglihatan yang paling sering terjadi pada bayi prematur adalah Retinopathy of Prematurity (ROP).
ROP paling sering terjadi pada bayi prematur yang lahir di minggu ke-31 masa kehamilan atau sebelumnya.
Kondisi ini terjadi karena pembuluh darah yang berkembang di retina mata tidak terbentuk sempurna.
Baca Juga: Obesitas Pada Bayi Bisa Berdampak Buruk pada Kesehatan, Kenali 2 Penyebabnya
Pembuluh darah yang tak sempurna pembentukannya bisa menyebabkan pembengkakan dan kebocoran darah di area retina, berisiko merusak organ mata.
Sehingga, kondisi ROP bisa mengancam kemampuan pengelihatan bayi prematur.
Saat tumbuh dewasa pun, beberapa komplikasi kondisi mata bisa dialami oleh Si Kecil yang terlahir prematur dan menderita ROP.
Contohnya mata juling, mata malas, glaukoma, rabut dekat, serta rabun jauh atau minus (miopia).
Dokter Mata Subspesialis Lensa Kontak, DR. dr. Tri Rahayu, SpM(K), FIACLE, membenarkan risiko tersebut bisa dialami oleh bayi prematur.
"Bayi yang terlahir prematur itu mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya minus di kemudian hari," ujar Dokter Tri Rahayu di Media Interview Jakarta Eye Center, Rabu (13/11/2019).
Baca Juga: Bisa Berakibat Buruk! Jangan Abaikan Bayi Ketika Alami Dehidrasi, Yuk Kenali Tandanya
Biasanya, ROP pada bayi tak perlu pengobatan, kecuali mengalami kondisi yang sangat serius.
Namun jika Si Kecil di kemudian hari mengalami minus, tentunya perlu dilakukan koreksi pengelihatan, misalnya dengan menggunakan kacamata.
Dokter Tri Rahayu menambahkan, selain dengan kacamata atau bedah, Moms bisa mencoba metode lain untuk membantu pengelihatan Si Kecil yang mengalami minus.
Metode ini bernama Orthokeratology atau Ortho-K, yakni penggunaan lensa kontak khusus untuk menghambat pertumbuhan minus.
Anak-anak yang mengalami minus juga bisa menggunakan metode ini sebagai pencegah pertambahannya.
Baca Juga: Agar Rambut Bayi Cepat Tumbuh Secara Alami, Yuk Lakukan dengan Cara Ini Moms
Dokter Tri Rahayu tetapi menganjurkan metode ini diterapkan untuk anak yang minusnya naik secara cepat.
"Digunakan untuk yang minusnya cenderung naiknya cepat, misalnya dalam 6 bulan itu naiknya sudah 0,75. Berarti kalau setahun naiknya 1,5. Itu harus segera diintervensi," jelas Dokter Tri Rahayu.
Source | : | WebMD |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR