Nakita.id - Bayi yang lahir dengan kelainan bibir dan langit-langit sumbing berisiko tinggi mengalami hambatan dalam pencapaian nutrisi yang optimal.
Yang pertama harus dilakukan adalah memeriksa berbagai hal yang kemungkinan besar akan menghambat kemampuan mengisapnya.
“Yang pertama ditetapkan adalah apakah sumbing ini suatu masalah yang memang berdiri sendiri atau bagian dari suatu sindrom. Karena kita tahu bahwa mengisap tidak semata-mata berurusan dengan kelainan anatomi saja, tetapi berkaitan juga dengan fungsi otak sentral untuk mengkoordinir semua sistemnya,” kata dr. Prasetyanugraheni Kreshanti, SpBP-RE (K).
Dalam kemampuan mengisap bayi, terdapat proses isap, telan, napas. Jadi yang bekerja mengatur itu semua adalah sistem sentral.
“Kedua, kita melakukan asesmen klinis untuk menetapkan apakah kemampuan mengisapnya bagus atau tidak,” tambah dr. Heni.
Apabila kemampuan bayi dalam mengatupkan bibir terbatas, makanan akan banyak yang keluar melalui hidung atau ASI-nya tersendat.
Bila sudah begitu, dokter bedah plastik kemudian akan bekerja sama dengan dokter THT dengan tindakan endoskopi ke dalam.
“Sistem ke bawah karena kita tidak bisa melihat apakah ada hal-hal yang menghambat, apakah ada makanan yang masuk ke saluran pencernaan atau justru masuk ke saluran pernapasan.”
Baca juga : Mengharukan, Bayi 7 Bulan dengan Bibir Sumbing Ini Sudah Bisa Tersenyum
Seperti misalnya, pada banyak kasus ada laringomalasia atau kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) dari kartilago (tulang rawan) laring yang terdiagnosis sejak dini.
Jika celah bibir pasien bibir dan lelangit sumbing begitu luas dan menghambat fungsi untuk melakukan proses menelan dan mengisap, dokter bedah plastik akan bekerja sama lagi dengan ortodontis.
Apabila kemudian hasil evaluasi yang menyeluruh menyatakan bahwa minum per oral seorang pasien tidak memenuhi persyaratan, maka ada kemungkinan dokter memasangkan OGT (orogastric tube), yakni selang kecil yang fleksibel terbuat dari plastik yang dimasukkan dari mulut menuju lambung bayi.
“Tapi kalau semua kemudian aman, dari pengalaman kalau clef-tnya itu hanya di bibir, itu bisa kita berikan minum dari breastfeeding.”
Bila kondisi bibir sumbingnya besar dan bilateral, kemudian segera dipasang NAM sampai batas tertentu tanpa disertai dengan sindrom apa pun, maka bayi dapat menyusui dengan menggunakan dot khusus.
Baca juga : Penyebab Bibir Sumbing Pada Bayi dan Pencegahannya
“Jadi kita selalu melihat aspek, apakah mengisapnya yang kurang, ada botol khusus yang bisa diperah atau bisa dengan alat-alat. Ada beberapa jenis pilihan. Jadi artinya bahwa pemenuhan kebutuhan nutrisi itu sangat penting. Karena kalau nutrisnya tidak terpenuhi nanti proses operasinya juga akan terhambat.”
Pada kasus bibir sumbing, dokter akan mengevaluasi secara objektif untuk menetapkan apakah pasien aman untuk makan per oral.
Apapun caranya, nantinya akan selalu diusahakan agar pasien bayi bisa makan per oral atau non per oral.
“Untuk membedakan apakah bayi penderita sumbing membutuhkan makan per oral (mulut) atau non per oral (selang) adalah apabila tidak bisa makan per oral kita lihat banyak lendir yang ada di tenggorok masuk ke paru-paru,” tutur dr. Elvie Zulka, SpTHT (K).
Dengan adanya lendir masuk ke paru-paru akan menimbulkan yang namanya silent aspiration dan akhirnya anak juga tidak tumbuh optimal. Jadi untuk melaksanakan proses operasi dan persiapan lain-lainnya akan semakin lama. (*)
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Source | : | dr. Prasetyanugraheni Kreshanti. SpBP-RE (K),dr. Elvie Zulka. SpTHT (K) |
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR