Nakita.id -Menjadi ibu tentu tantangan baru bagi setiap perempuan.
Lebih lagi bila ia baru belajar tentang membesarkan dan merawat anak.
Banyak fenomena para ibu menggali ilmunya lebih dalam demi bisa mengasuh anaknya dengan baik. Hal ini pula yang dilakukan dr. Reisa atau Reisa Broto Asmoro.
Sejak menikah dengan Tedjodiningrat Broto Asmoro, wanita yang akrab disapa dokter Reisa ini dikaruniai dua orang anak.
Anak pertamanya bernama RR. Ramania Putri Broto Asmoro.
Adapun anak keduanya bernama R. Satriyo Daniswara Broto Asmoro.
Sebagai seorang ibu, dr. Reisa mengaku selalu berusaha memotivasi anak untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.
Salah satu caranya yaitu dengan memberi pujian.
"Saya sering banget nyebut nyebut anak yang pertama saya anak yang cantik, yang baik, yang pintar," ujarnya pada Nakita.id usai acara Talkshow "How To Be Forever Young" di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (20/9).
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak
Awalnya, dr. Reisa berpikir bahwa pujian-pujian yang ia lontarkan tersebut hanya sebatas motivasi dan doanya sebagai seorang ibu.
Namun lambat laun, Mantan Puteri Indonesia Lingkungan 2010 ini berpikir bahwa pujian-pujian yang ia lontarkan tersebut justru bisa membatasi anak.
"Awalnya itu hanya doa saya sebenarnya, tapi setelah saya berpikir kembali itu bisa saja menjadi hal yang membatasi dia," ungkapnya.
Dokter Reisa sadar bahwa kebiasaannya tersebut ternyata bisa mengarah ke tindakan labelling.
Ia sadar bahwa labelling tidak hanya berasal dari kata-kata negatif tetapi juga kata-kata positif.
"Memang sebagai orangtua kita menginginkan yang terbaik untuk anak, itu sebabnya kita suka memberikan pujian ketika dia melakukan sesuatu. Tapi akhirnya malah sering kita ucapkan dan menjadi labelling.
Hal tersebut ternyata justru memiliki pengaruh negatif pada perkembangan kualitas dan konsep diri anak.
Terutama jika labelling tersebut tidak sesuai dengan potensi sang anak. Dirinya menjadi tidak tahu kondisi dan potensi yang sebenarnya pada dirinya," jelasnya.
Pemikiran dokter Reisa tersebut sejalan dengan penjelasan Ajeng Raviando, Psi, seorang Psikolog Anak dan Keluarga.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Jangan Beri Label Anak 'Pembohong', Ini Caranya Agar Si Kecil Jujur
Menurut Ajeng, tindakan labeling tidak hanya menggunakan kata-kata negatif seperti ‘malas’, ‘nakal’, ‘bodoh’, tetapi juga kata-kata positif, seperti ‘cantik’, tampan, ‘pintar’, dan lainnya.
Ia bahkan mengaku saat ini lebih sering menemui orangtua melabel anaknya dengan kata-kata yang positif dibandingkan dengan kata-kata negatif.
Padahal kedua hal tersebut sama-sama berbahaya terhadap kualitas hidup dan konsep diri anak.
“Zaman dulu namanya labeling itu biasanya lebih ke yang negatif, tapi sekarang saya kerap menemukan orangtua yang melakukan labeling kepada anaknya dengan kata-kata juga kalimat positif,"
Baca Juga: Si Kecil Mengalami Sakit Gigi? Ini Cara Ampuh Mengatasinya Moms!
"Mungkin maksudnya orangtua ingin memotivasi anak, sayangnya jika labeling tersebut tidak sesuai dengan potensi anak justu kasihan untuk si anak. Dirinya tidak tahu potensinya dia dimana,” ujar Ajeng saat ditemui Nakita.id di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (10/9).
Menurut Ajeng, pemberian label positif sebenarnya tidak masalah selama tidak membebani anak.
Selain itu, penting untuk orangtua menjelaskan lebih spesifik dari pemberian label yang dimaksud.
“Misalnya ‘Dia pintar banget’, kata pintar itu luas dan akhirnya bisa menyesatkan anak. ‘Katanya aku kan pinter, kok aku sainsnya jelek?’. Lalu dia murung. Nah, oleh karena itu orangtua harus memberikan penjelasan lebih spesifik. ‘Oh, pintar bahasa inggris maksudnya’,” jelas Ajeng.
Baca Juga : Awas! Minuman ini Sebabkan Resiko Asma Pada Anak Sejak dalam Kandungan
Artikel ini pernah tayang di Nakita.id dengan judul #LovingNotLabelling: Dokter Reisa Menyesal Sering Memuji Anaknya Pintar!
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Nakita.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR